Suara.com - Banyak orang mengatakan puasa selama Ramadhan memiliki dampak besar terhadap kesehatan. Tetapi, hasil studi tentang efek puasa bagi kesehatan beragam, mungkin karena lamanya puasa dan kondisi cuaca yang berbeda di setiap negara.
Beberapa studi menemukan orang yang kelebihan berat badan atau obesitas mengalami penurunan berat badan dan lemak tubuh selama Ramadhan.
Meski begitu, sebagian dari mereka cenderung mengembalikan berat badannya setelah puasa selesai.
Karenanya, jika Anda kelebihan berat badan dan ingin menurunkannya serta mempertahankannya, maka buat rencana untuk menjaga pola makan yang sehat setelah Ramadhan selesai.
Menurut British National Foundation, metode tersebut dapar membantu Anda mempertahankan berat badan yang turun selama puasa.
Sejumlah penelitian juga telah melihat efek puasa Ramadhan ada faktor-faktor seperti kolesterol darah dan trigliserida (lemak dalam darah).
Hasilnya menemukan bahwa ada perbaikan jangka pendek dalam beberapa kasus, meski beberapa penelitian tidak menemukan efeknya.
Ada juga penelitian kecil yang menunjukkan puasa mungkin memiliki dampak pada sistem kekebalan tubuh dalam jangka pendek.
Dalam kedua kasus tersebut, hasil studi telah dicampur dan diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi hasil tersebut.
Baca Juga: Lirik Lagu Ramadhan Datang Tompi, Religius Nan Ceria Bikin Semangat Puasa
Sementara itu, dilansir Aljazeera, para ahli menemukan bahwa membatasi asupan makanan di siang hari dapat membantu mencegah masalah kesehatan seperti kolesterol tinggi, penyakit jantung dan obesitas, serta meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental.
Dengan tidak mengonsumsi makanan apa pun, tubuh dapat berkonsentrasi untuk membuang racun saat kita mengistirahatkan sistem pencernaan.
“Puasa memungkinkan usus untuk membersihkan dan memperkuat lapisannya. Ini juga dapat merangsang proses yang disebut autophagy, yaitu saat sel membersihkan diri dan menghilangkan partikel yang rusak dan berbahaya," ujar ahli gizi Claire Mahy.
Produser Michael Mosley yang merilis dokumenter 'Eat, Fast and Live Longer' menjelaskan bahwa puasa dapat menyebabkan pelepasan BDNF (faktor neurotropik yang diturunkan dari otak) di otak.
"Ini telah terbukti melindungi sel-sel otak dan dapat mengurangi depresi dan kecemasan, serta risiko pengembangan demensia," pungkas Mosley.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
-
Pengusaha Sebut Ketidakpastian Penetapan UMP Bikin Investor Asing Kabur
Terkini
-
Stop Diet Ketat! Ini 3 Rahasia Metabolisme Kuat ala Pakar Kesehatan yang Jarang Diketahui
-
Indonesia Darurat Kesehatan Mental, Kasus Terbanyak: Depresi, Anxiety, dan Skizofrenia
-
Rekomendasi Vitamin untuk Daya Tahan Tubuh yang Mudah Ditemukan di Apotek
-
Horor! Sampah Plastik Kini Ditemukan di Rahim Ibu Hamil Indonesia, Apa Efeknya ke Janin?
-
Kebutuhan Penanganan Kanker dan Jantung Meningkat, Kini Ada RS Berstandar Global di Surabaya
-
Waspada Ibu Hamil Kurus! Plis Kenali Risikonya dan Cara Aman Menaikkan Berat Badan
-
9 Penyakit 'Calon Pandemi' yang Diwaspadai WHO, Salah Satunya Pernah Kita Hadapi
-
Kabar Baik Pengganti Transplantasi Jantung: Teknologi 'Heart Assist Device' Siap Hadir di Indonesia
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?