Suara.com - Penelitian baru menunjukkan bahwa Covid-19 dalam 10 tahun ke dapan mungkin bisa menjadi penyebab gangguan pilek biasa. Pernyataan tersebut didasari pada penelitian pemodelan matematika.
Melansir dari Medical Xpress, mengingat apa yang diketahui tentang tanggapan kekebalan manusia terhadap SARS-CoV-2 (virus corona penyebab Covid-19), ada kemungkinan patogen itu akan menjadi sekadar virus corona musiman.
"Gelombang pertama (Covid-19) mengerikan karena Anda memiliki virus yang belum ada yang terpapar sebelumnya," kata Fred Adler, peneliti senior dalam studi tersebut.
"Tetapi karena semakin banyak orang yang terpapar, sistem kekebalan manusia akan beradaptasi dan tingkat keparahan Covid-19 bisa menurun," kata Adler.
Ketika orang memiliki kasus ringan, mereka cenderung melepaskan lebih sedikit virus. Artinya, lebih sedikit partikel infeksius yang dapat ditularkan ke orang lain.
"Dengan kata lain, kasus ringan dapat menyebabkan kasus ringan lainnya," kata Adler, profesor matematika dan ilmu biologi di Universitas Utah di Salt Lake City.
Gagasan bahwa SARS-CoV-2 dapat bergabung dengan jajaran virus flu biasa bukanlah hal baru. Studi pemodelan lain telah menunjukkan kemungkinan tersebut.
"Melalui analisis genetik, para peneliti telah menemukan bahwa salah satu dari virus corona yang disebut OC43 mungkin telah berpindah dari sapi ke manusia pada tahun 1880-an," kata Adler.
Jeffrey Shaman, seorang profesor ilmu kesehatan lingkungan di Columbia University Mailman School of Public Health di New York City yang meninjau temuan tersebut menyatakan bahwa SARS-CoV-2 mungkin berkembang menjadi flu musiman yang relatif ringan.
Baca Juga: Gokil! Istri Negatif Covid-19, Baim Wong Beri Hadiah Mobil Mewah
Meski begitu, Shaman memperingatkan bahwa studi saat ini adalah eksplorasi tentang bagaimana hal ini bisa terjadi dan tidak ada yang bisa memprediksi masa depan secara tepat.
Sebab, beberapa kondisi masih banyak yang belum diketahui termasuk lamanya perlindungan dari vaksinasi dan infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya. Selain itu, adanya varian baru dan lebih menular mungkin bisa mengancam.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru