Suara.com - Dokter meminta pasien penyakit kronis untuk mewaspadai tren peningkatan kasus Covid-19 akhir-akhir ini. Apa alasannya?
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), dr Sally Aman Nasution, SpPD mengatakan, lonjakan pasien Covid-19 membuat sejumlah rumah sakit kewalahan. Hal ini pun berdampak pada pelayanan kesehatan untuk pasien penyakit kronis.
"Jangan lupa ada pasien penyakit kronis yang juga membutuhkan fasilitas kesehatan, harus ambil obat, kontrol, dan sebagainya. Bayangkan berapa jumlah pasien penyakit kronik, pasien ginjal, jantujng, diabetes, darah tinggi, hingg autoimun yang kehilangan kesempatan mendapatkan layanan kesehatan," tutur dr Sally, dalam konferensi pers virtual hari ini, Minggu (27/6/2021).
Data dari Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengungkap, bed occupation rate (BOR) alias tingkat keterisian temapt tidur di rumah sakit untuk ruang isolasi dan ICU melebihi 90 persen.
dr Sally menjelaskan, pasien penyakit kronis berisiko lebih tinggi terpapar Covid-19 dan mengalami keparahan. Sehingga butuh intervensi tegas dari pemerintah, agar masalah ini bisa segera teratasi.
"Komorbid rentan terkena Covid-19. Ketika tidak mendapat pelayanan seperti biasa risiko terpapar pun meningkat, akibatnya pasien rumah sakit semakin banyak. Sehingga ini berputar-putar saja," urainya.
Di kesempatan yang sama, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Isman Firdaus mengatakan pentingnya intervensi tegas dari pemerintah demi kebaikan bersama.
Jika tidak ada intervensi, bukan tidak mungkin korban semakin banyak, baik dari kalangan tenaga kesehatan maupun masyarakat umum.
"Dulu (BOR) 60 persen sampai 80 persen dokter saya sehat-sehat, sekarang di atas 90 persen BOR nya banyak dokter, tenaga kesehatan, perawat terinfeksi covi-19. Kita sudah bekerja di rumah sakit namun kalau di hulunya terus berdatangan tentunya akan kolaps juga, dokternya perawatnya kena," tegas Isman.
Baca Juga: Mengerikan! 1 dari 8 Kasus COVID-19 Indonesia Menyerang Anak-anak, Banyak Balita Meninggal
Oleh karena itu, TIM Mitigasi PB IDI dan Perhimpunan dokter-dokter spesialis yang terdiri dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), merekomendasikan lima upaya penanganan Covid-19 saat ini yang perlu dilakukan, yakni:
- Memberlakukan PSBB ketat serentak terutama di Pulau Jawa minimal 2 minggu
- Memastikan implementasi serta penerapan PSBB yang maksimal
- Melakukan percepatan dan memastikan vaksinasi untuk semua target populasi termasuk untuk anak dan remaja dan tercapai sesuai target, bila mungkin vaksinasi >2 juta perhari, perluas tempat pelayanan vaksinasi
- Melakukan Tracing dan Testing yang masif agar kasus ditemukan sedini mungkin, termasuk untuk anak dan remaja. Angka positivity rate dan jumlah tracing per 1000 orang per minggu sesuai dengan standar WHO dijadikan kinerja setiap Kepala Daerah
- Masyarakat termasuk anak-anak selalu dan tetap memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, tidak berpergian jika tidak mendesak, menjaga kesehatan dan menjalankan protokol kesehatan lainnya.
"Makanya kami minta ada tindakan tegas, kalau tidak ini menderita dua-duanya, pasien Covid-19 dan pasien penyakit kronis. Bukan cuma nakes tapi juga masyarakat yang akhirnya menjadi korban," tutup Sally.
Berita Terkait
-
Sosok Benjamin Paulus Octavianus, Dokter Spesialis Paru yang Jadi Wamenkes
-
Sebelum Terciduk Kasus Narkoba, Ammar Zoni Sempat Urus Pernikahan
-
Viral Lagi Klarifikasi Dokter Kamelia Dijuluki 'ATM Berjalan' Ammar Zoni
-
Ammar Zoni Diduga Jadi Pengedar Narkoba di Rutan, Terungkap Punya Pacar Baru Seorang Dokter
-
Sambangi Makam Keluarga Jokowi: Refly dan Dokter Tifa Ungkap Kejanggalan Silsilah Keluarga Presiden
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
Terkini
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak
-
BPA pada Galon Guna Ulang Bahaya bagi Balita, Ini yang Patut Diwaspadai Orangtua
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya