Suara.com - Masa tumbuh kembang anak terjadi sangat pesat sejak dalam masa kandungan hingga bayi lahir dan berusia lima tahun. Anak yang terlihat sehat dan aktif bermain belum tentu benar-benar mengalami tumbuh kembang yang optimal.
Oleh sebab itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyediakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang harus dimiliki ibu sejak masa kehamilan. Melalui buku tersebut, kesehatan ibu selama masa kehamilan, bayi lahir, hingga tumbuh kembangnya akan terekam setiap bulan secara detail.
"Kita tahu bahwa anak harus terpenuhi gizi seimbang. Kemudian kita harus memberikan stimulasi perkembangan, harus memantau tumbuh kembang anak. Juga harus memberikan perlindungan terhadap infeksi, misalnya imunisasi vitamin A, obat cacing. Perlindungan lingkungan yang sehat dan aman. Ini semua ada di dalam buku KIA," kata Koordinator aksi kesehatan balita dan anak usia prasekolah Kemenkes dr. Ni Made Diah dalam webinar Hari Anal Nasional bersama PT Tirta Investama, Kamis (29/7/2021).
Buku KIA telah diterbitkan sejak tahun 1994 dan turut menjadi strategi dalam mengatasi masalah kesehatan gizi anak yang masih ada di Indonesia. Dokter Diah menyampaikan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sebanyak 29,5 persen bayi di Indonesia lahir prematur.
Selain itu, 7,1 persen bayi lahir dengan berat rendah, 10 persen bayi juga mengalami diare, dan 2,1 persen mengalami pneumonia.
Masalah gizi lainnya, kurang lebih 16,29 persen balita mengalami gizi kurang 27,67 persen mengalami pendek atau potensi untuk stanting, dan 7,44 persen mengalami kurus atau wasting.
"Ini menambah risiko dari kondisi bayi, sehingga perlu kita selamatkan. Dan yang tidak mengalami risiko ini perlu kita tetap jaga kesehatannya, kita tingkatkan kesehatannya, salah satunya dengan buku KIA," dokter Diah.
Secara garis besar, buku KIA melingkupi catatan kesehatan dan informasi seputar hidup beraih dan sehat. Pada buku KIA revisi terbaru tahun 2020, bagian catatan dan informasi untuk ibu dan anak dipisahkan menjadi dua bagian dalam satu buku tersebut.
Diah mengatakan, dari data Riskesdas 2018 juga terlihat bahwa ibu hamil di Indonesia yang memiliki buku KIA telah di atas 75 persen.
Baca Juga: Kental dengan Nuansa Indonesia, Intip 12 Potret Rumah Kia AFI di Amerika
"Namun memang tantangan yang dihadapi adalah penggunaannya. Jadi pengisiannya memang masih perlu kita motivasi, pengisian lembaran kemudian membaca buku KIA tersebut. Buku KIA memiliki daya ungkit yang baik terhadap akses kesehatan," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis