Suara.com - Studi menunjukkan bahwa suara ibu saat tindakan medis pada kelahiran prematur bisa menurunkan rasa sakit bayi. Penelitian ini telah diterbitkan pada jurnal Scientific Reports.
Melansir dari Healthshots, bayi yang lahir prematur sering kali harus dipisahkan dari orangtuanya dan ditempatkan dalam inkubator di perawatan intensif. Selama beberapa minggu, bayi akan menjalani prosedur medis rutin yang bisa menyakitkan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa suara ibu bisa mengurangi rasa sakit pada bayi.
Penelitian ini disusun oleh tim dari Universitas Jenewa (UNIGE), bekerjasama dengan Rumah Sakit Parini di Italia dan Universitas Valle d'Aosta.
Mereka mengamati bahwa ketika ibu berbicara dengan bayinya pada saat intervensi medis, tanda-tanda bayi yakni tingkat oksitosin (hormon bahagia, pereda nyeri) meningkat secara signifikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya kehadiran orangtua pada bayi prematur. Bayi-bayi prematur mengalami stres berat sejak lahir, kehadiran orangtua memiliki dampak nyata pada kesejahteraan dan perkembangan mereka.
“Kami memfokuskan penelitian ini pada suara ibu karena pada hari-hari pertama kehidupan lebih sulit bagi ayah untuk hadir karena kondisi kerja yang tidak selalu memiliki hari libur,” kata Dr Manuela Filippa, peneliti studi tersebut.
Untuk penelitian, ibu mulai berbicara atau bernyanyi lima menit sebelum penyuntikan, selama penyuntikan dan setelah prosedur.
Kemudian peneliti mengukur intensitas suaranya, sehingga menutupi kebisingan di sekitarnya.
Baca Juga: Polisi Buru Pelaku Pembuang Bayi di Tempat Sampah Masjid di Cisoka Tangerang
Para peneliti menggunakan Profil Nyeri Bayi Prematur (PIPP), yang menetapkan kisi pengkodean antara 0 dan 21 untuk ekspresi wajah dan parameter fisiologis (detak jantung, oksigenasi).
PIPP 4,5 saat ibu tidak ada dan turun menjadi 3 saat ibu berbicara dengan bayinya. Hasil ini menunjukkan dampak positif dari kehadiran ibu saat bayi prematur menjalani prosedur medis yang menyakitkan.
"Kami menunjukkan di sini pentingnya menyatukan orangtua dan anak, terutama dalam konteks perawatan intensif yang rumit," tegas Manuela Filippa
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
Terkini
-
9 Penyakit 'Calon Pandemi' yang Diwaspadai WHO, Salah Satunya Pernah Kita Hadapi
-
Kabar Baik Pengganti Transplantasi Jantung: Teknologi 'Heart Assist Device' Siap Hadir di Indonesia
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif