Suara.com - Ketika liburan alias weekend sudah selesai, ternyata ada rasa cemas yang dihadapi oleh seseorang ketika menghadapi hari senin. Bahkan, hari Senin digambarkan sebagai hari dimulainya beraktivitas seperti bekerja.
Meski demikian, mengapa seseorang merasa cemas ketika menghadapi hari senin? Menjawab pertanyaan tersebut, Psikolog Klinis sekaligus Co-Founder Ohana Space Veronica Adesla, membagikan jawabannya.
“Ada perbedaan makna terhadap weekdays dan weekend bagi individu. Dan ini memengaruhi pergeseran emosi yang dirasakannya, terutama ketika pergantian atau transisi dari weekdays ke weekend dan sebaliknya,” ungkapnya saat dihubungi Suara.com, Minggu (14/11/2021).
Ketika individu merasa bebas di hari weekend, kebebasan yang dijalaninya lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, istirahat, atau berkumpul bersama teman dekat. Intinya, weekend digambarkan sebagai waktu yang menyenangkan di luar urusan pekerjaan.
“Transisi dari emosi yang dirasakan ketika weekend, harus berhadapan kembali dengan rutinitas dan tanggung jawab kerja. Dengan berbagai tantangan yang ada, hal inilah yang memicu perasaan tidak nyaman seperti cemas, malas, dan tidak semangat,” ungkap Veronica.
Di samping itu, Veronica mengatakan ada perubahan ritme waktu yang dirasakan individu selama weekend. Dan ini seperti waktu tidur dan bangun tidur, yang disebut dapat memengaruhi body clock di awal weekdays atau di hari senin.
“Mungkin ketika weekend, individu berpikir ingin membalas waktu kurang tidur di hari weekdays, sehingga mereka memilih memperbanyak untuk tidur,” lanjutnya.
“Namun, meskipun waktu tidur individu terbilang cukup di weekend, ini dapat terjadi ketika di hari senin, seperti badan rasanya tidak mau bangun, dan ingin tidur lebih lama,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar