Suara.com - Kebanyakan orang mungkin tidak mau terlihat sedang sedih di depan kerabat juga keluarganya, sehingga cenderung memaksakan diri untuk pura-pura bahagia meski sebenarnya sedang tertekan. Namun, saat sudah sendirian, perasaan sedih kembali muncul bahkan hingga menangis tanpa disadari.
Kalau kamu pernah mengalami kondisi tersebut, terlihat bahagia di depan umum padahal sebenarnya sedang tertekan, bisa jadi itu gejala duck syndrome.
Istilah duck syndrome pertama kali muncul di Stanford University, Amerika Serikat. Digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang yang tampak tenang, walaupun sebenarnya mengalami gangguan kecemasan.
Secara spesifik, duck syndrome dianggap menimpa seseorang yang memiliki tekanan untuk terlihat sempurna. Kondisi ini dianalogikan seperti bebek yang sedang berenang. Sebab saat berenang, bagian atas tubuh bebek akan tampak tenang tetapi sebenarnya sedang mengayuh kakinya dengan cepat untuk bisa tetap di atas air.
Menurut Medicine Net, duck syndrome tidak secara resmi diakui sebagai penyakit mental. Tetapi lebih mengacu pada fenomena yang digunakan untuk mendeskripsikan pelajar atau individu yang beranjak dewasa.
Seseorang yang mengalami duck syndrome akan terlihat tenang dan baik-baik saja, namun sebenarnya sedang mengalami banyak tekanan dan kepanikan untuk mencapai tuntutan hidup. Misalnya, tuntutan akademik untuk mendapat nilai bagus, pendidikan tinggi, hidup mapan, dan sebagainya.
Penyebab Duck Syndrome
Dikutip dari Ruang Guru, duck syndrome bisa dialami oleh kelompok usia berapa pun. Namun, mereka yang masih usia muda lebih rentan mengalami duck syndrome. Penyebabnya karena mereka sedang merasakan berbagai pengalaman hidup baru untuk pertama kalinya.
Seperti, jauh dari orangtua, tuntutan akademis yang lebih berat, persaingan yang lebih ketat, dan sebagainya. Faktor risiko duck syndrome lainnya juga bisa terjadi akibat lingkungan keluarga yang terlalu protektif dan keluarga yang selalu menekankan pada prestasi.
Baca Juga: 3 Hal Ini akan Terjadi jika Terus Pura-pura Bahagia, Hentikan Segera!
Meskipun tidak secara resmi disebut sebagai gangguan psikologis, duck syndrome pada akhirnya bisa menyebabkan gangguan mental tertentu, seperti depresi, gangguan cemas, atau penyakit mental lainnya.
Ciri-Ciri Duck Syndrome
Diagnosis atau tanda dari duck syndrome sebetulnya tidak jelas dan mirip dengan gangguan psikologis seperti depresi atau gangguan kecemasan. Namun, ada beberapa gejala yang sering digambarkan dalam fenomena duck syndrome, seperti:
- Selalu memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja dan bahagia, namun panik secara diam-diam.
- Merasa gagal untuk memenuhi tuntutan berlebihan yang diberikan kepadanya.
- Merasa orang lain bernasib lebih baik dari dirinya sendiri.
- Membandingkan diri dengan orang lain.
- Merasa diamati oleh orang lain
- Susah tidur, pusing, dan sulit konsentrasi.
Cara Mengatasi Duck Syndrome
Untuk mengatasi duck syndrome, perlu ada diagnoss terlebih dahulu. Seseorang yang mengalami duck syndrome juga bisa diakibatkan dengan adanya gangguan psikologis lain, sehingga sebaiknya mecari diagnosis resmi dari psikolog.
Apabila tanda duck syndrome diabaikan atau disepelekan, gangguan itu bisa membuat penderitanya mengalami depresi berat hingga keinginan untuk bunuh diri.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya