Suara.com - Keterbukaan informasi di media sosial menimbulkan beragam berita bohong atau hoaks makin mudah tersebar. Terbaru, beredar video di TikTok mengenai gerakan olahraga kucing sapi yang diklaim bisa menambah tinggi badan.
Video yang ditonton sebanyak 2,2 juta itu menampilkan seorang perempuan melakukan gerakan dengan membentuk tubuh merangkak, lalu menaik turunkan punggung. Simak video lengkapnya di sini.
"Baru tau kalau gerakan ini bisa bikin tinggi," tertulis pada video tersebut.
Pertanyaannya, benarkah klaim tersebut? Dan apakah benar bisa menambah tinggi badan secara permanen?
Dokter spesialis keolahragaan dr. Michael Triangto, Sp.KO., menegaskan bahwa hal tersebut hoaks atau kabar bohong semata.
Bukan kucing sapi, ia menyebut gerakan cow and camel tersebut biasanya dilakukan dalam program penyembuhan kelainan postur tubuh, seperti bungkuk hingga skoliosis.
"Gerakan tersebut murni hanya melatih ruas tulang belakang yang terjadi peregangan. Peregangan itu yang memungkinkan terjadi relaksasi sehingga menjadi lebih tinggi. Tapi apakah itu menetap? Tidak," kata dokter Michael dihubungi Suara.com, Selasa (22/3/2022).
Ruas tulang belakang itu pun hanya meregang maksimal satu sentimeter, lanjut dokter Michael.
Tetapi, tidak ada tulang yang bertambah panjang sehingga penambahan tinggi badan pun tidak permanen.
Baca Juga: Sule Dikabarkan Meninggal karena Kecelakaan, Begini Faktanya
Dokter Michael menyampaikan bahwa tanpa perlu melakukan gerakan tersebut, ruas tulang belakang sebenarnya bisa meregang hanya dengan berbaring atau selama tubuh beristirahat.
"Karena tinggi badan manusia itu bisa saja berubah, apakah menjadi lebih tinggi atau lebih pendek, tergantung dari waktu. Kalau sore dia melakukan ini, tentu efek pegangannya akan berkurang karena tekanan pada waktu sebelumnya (selama beraktivitas seharian)," jelasnya.
Penambahan tinggi badan akibat peregangan itu pun hanya bertahan semalam, lanjut dokter Michael. Secara normal, tinggi badan manusia bisa bertambah dan berkurang setiap hari.
Malam hari menjadi tinggi tubuh yang paling pendek. Sedangkan pagi hari, saat bangun tidur, menjadi tinggi badan yang paling tinggi.
Hal itu terjadi secara berulang, terutama pada orang-orang yang sehari-hari melakukan aktivitas dengan beban di tubuh, misalnya tentara dengan ransel besar, instruktur gym, maupun orang yang obesitas.
"Karena tekanan beban, baik dari tubuh sendiri maupun eksternal, itu akan menekan diskus atau bantalan di antara tulang belakang. Jadi kalau kita melihat, tulang belakang yang menentukan tinggi badan seseorang, itu terbentuk dari tulang-tulang ruas tulang belakang dan penghubungnya adalah dikukus atau bantalan," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?