Suara.com - Percaya atau tidak, masih banyak orang di luar sana yang suka memakan daging mentah. Misalnya saja artis asal Amerika Serikat Heidi Montag, yang beberapa waktu lalu tertangkap kamera sedang makan jantung bison mentah.
Daging mentah juga telah digunakan sebagai obat. Pada akhir abad ke-19, dokter Prancis menyarankan daging mentah sebagai pengobatan tuberkulosis atau TB.
Namun, ada dua masalah dalam Zomoterapi ini, yakni sulitnya mendapatkan daging mentah bersih dan pasien tidak menyukai dosis harian setengah pon daging mentah.
Tetapi, memakan daging mentah tentu memiliki dampak buruk bagi tubuh. Salah satunya menyebabkan infeksi bakteri.
Bahaya kuman pada daging mentah
Berdasarkan The Conversation, sepotong daging mentah dapat mengandung berbagai jenis kuman, baik bakteri, virus, jamur, parasit atau prion (pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari protein).
Meski banyak yang tidak berbahaya, beberapa di antaranya cukup mematikan kecuali jika diobati. Tapi, penyakit yang terkait prion tidak dapat disembuhkan.
Beberapa mikroorganisme jahat yang ada di daging, antara lain:
1. Bakteri Escherichia coli, pernah dianggap tidak berbahaya dalam sebuah jurnal yang terbit pada 1885. Hingga akhirnya ada kasus 50% ternak sehat dapat membawa E. coli 0157. Bakteri ini tahan dari asam lambung, menyebabkan keracunan yang berujung gagal ginjal, syok, dan kematian.
Baca Juga: Ngilu! Alat Vital Lelaki Ini Kena Infeksi Bakteri Pemakan Daging Hingga Nyaris Mati
2. Listeria, organisme di tanah yang dapat berkembang biak pada daging, lalu menginfeksi alian darah dan otak, atau masuk ke plasenta dan menyebabkan keguguran atau kematian janin.
3. Toxoplasmosis gondii pada daging sapi. Ini adalah parasit protozoa dari kucing yang bisa bertahan hidup di sapi dan manusia. Infeksi toksoplasmosis cenderung dapat menginvasi otak, retina, otot jantung, atau masuk ke plasenta dan menyebabkan kerusakan otak janin.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa makan daging mentah memiliki bahaya yang besar. Belum lagi infeksi Campylobacter dan Salmonella, serta parasit seperti cacing gelang dan cacing pita.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis