Suara.com - Orang yang tidak divaksinasi Covid-19 mengancam keselamatan orang yang telah divaksinasi meski cakupan imuniasasi tinggi. Hal itu terungkap dalan sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Canadian Medical Association Journal.
“Kita benar-benar cenderung lupa bahwa kita berada dalam pandemi penyakit menular, yang berarti bahwa tindakan kita memengaruhi orang-orang di sekitar kita,” Dr. David Fisman, rekan penulis studi dan profesor epidemiologi di Dalla Lana dari Universitas Toronto. Sekolah Kesehatan Masyarakat, mengatakan kepada Global News.
Diterbitkan 25 April, penelitian ini menggunakan model penyakit menular berdasarkan provinsi Ontario untuk mereproduksi interaksi antara subpopulasi yang divaksinasi dan yang tidak divaksinasi dalam populasi yang sebagian besar divaksinasi.
“Kami menggunakan model dalam banyak cara berbeda,” kata Fisman. "Itu hanya versi realitas yang disederhanakan."
Model khusus ini, menggunakan teknik pencampuran yang berbeda untuk memahami bagaimana tingkat infeksi berbeda antara mereka dengan dan tanpa tusukan.
Parameter model termasuk efektivitas vaksin, kekebalan dasar pada orang yang tidak divaksinasi dan tingkat pemulihan infeksi, antara lain.
Tingkat serangan di antara mereka yang divaksinasi COVID-19 paling tinggi ketika mereka dicampur secara acak dalam subpopulasi yang tidak divaksinasi. Mereka paling rendah ketika mereka dikelilingi oleh orang lain yang juga divaksinasi.
“Manusia tidak bercampur secara acak. (Mereka) menunjukkan kecenderungan untuk berinteraksi secara istimewa dengan orang lain seperti mereka, sebuah fenomena yang disebut sebagai 'assortativity,'” kata penelitian tersebut.
“Teman orang cenderung seumuran atau orang mungkin bergaul dengan sesama jenis. Mereka mungkin bergaul dengan atau menarik lebih banyak orang dari kelompok sosial ekonomi mereka sendiri, kelompok etnis mereka sendiri, ”kata Fisman.
Baca Juga: Enggan Terburu-buru Masuk ke Endemi, Jokowi: Ini Masih Transisi Selama Enam Bulan
“Itu juga ternyata sangat penting dalam hal keputusan orang untuk divaksinasi terhadap COVID,” tambahnya.
Untuk yang tidak divaksinasi, tingkat serangan paling rendah ketika bercampur di antara subpopulasi yang divaksinasi.
“Ketika Anda memiliki banyak pencampuran antara orang yang divaksinasi dan tidak divaksinasi, risiko orang yang tidak divaksinasi sebenarnya turun,” kata Fisman. “Orang yang divaksinasi menjadi penyangga ketika Anda memiliki banyak pencampuran dan risiko pada orang yang divaksinasi naik.”
Pada tahap pandemi COVID-19 ini, pejabat kesehatan masyarakat seperti Kieran Moore dan Bonnie Henry telah mempromosikan semua orang untuk mengelola virus “dengan risiko mereka sendiri,” menurut Fisman.
“(Namun), pada akhirnya, ini tentang aksi kolektif. Sayangnya, dalam sistem penyakit menular – kita semua terhubung dan itulah mengapa kita harus mengandalkan kesehatan masyarakat untuk hal-hal seperti ini,” kata Fisman.
“Keputusan untuk divaksinasi tidak dapat dibingkai hanya sebagai masalah pilihan pribadi karena berimplikasi pada keselamatan orang lain di masyarakat,” tambahnya.
Berita Terkait
-
Penyakit Kanker Usus yang Diderita Achmad Yurianto Dapat Dicegah dengan Perubahan Gaya Hidup, Seperti Apa?
-
Mengenal Tanda Kanker Usus, Penyakit yang Diderita Mantan Juru Bicara Satgas Covid-19 Achmad Yurianto
-
Situasi Suram Covid-19 di China: Kematian di Shanghai Meroket Masyarakat Sulit Dapat Akses Kesehatan
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
Terkini
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru