Suara.com - Pernah kah Anda mendengar 'sindrom patah hati (broken heart syndrome)' dan 'sindrom hati bahagia (happy heart syndrome)'?
Ilmuwan Jerman telah menemukan sindrom langka dalam sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa kebahagiaan berlebihan atau kesedihan berlebihan dapat menyebabkan kematian.
Pada tahun 2002, seorang dokter Jepang, Hikaru Sato, mengetahui suatu kondisi di mana orang bisa meninggal karena patah hati. Kondisi itu disebut Takotsubo cardiomyopathy atau sindrom patah hati.
Sama halnya dengan orang yang terlalu bahagia, kondisi ini dapat menyebabkan kematian.
Apa itu Sindrom Patah Hati?
Fakta terpenting yang perlu diingat adalah bahwa sindrom ini sangat jarang berakibat fatal. Karenanya, sindrom patah hati sangat langka, menurut The Health Site.
Sindrom patah hati terbukti berhubungan dengan stres emosional atau fisik yang signifikan. Mekanisme di mana sters menyebabkan perubahan bentuk jantung.
Gejala setelah perubahan tersebut adalah nyeri dada dan sesak napas.
Ketika seseorang berada di bawah tekanan besar, hormon memainkan peran sangat penting dalam melepaskan katekolamin, yang memengaruhi jantung dan tubuh.
Baca Juga: Diderita Justin Bieber, Kelumpuhan Wajah Akibat Sindrom Ramsay Hunt Bisa Sebabkan Komplikasi
Itu menyebabkan peningkatan denyut jantung dan akhirnya menyebabkan serangan jantung.
Efek tersebut dalam situasi stres bukanlah kejutan, karena seringkali tubuh dan pikiran masuk ke mode fight-or-flight, yang memicu pelepasan katekolamin ini.
Peristiwa stres yang dapat memicu sindrom takotsubo seperti menerima berita buruk, kehilangan orang yang dicintai, kekerasan dalam rumah tangga, kecelakaan mobil, hingga berbicara di depan umum.
Mengenal Sindrom Hati Bahagia
Baru-baru ini, para peneliti di Jerman telah menggambarkan pasien dengan sindrom Takotsubo yang dipicu oleh peristiwa bahagia, seperti pernikahan, kelahiran cucu, dan memenangkan jackpot.
Dari 910 pasien dalam penelitian yang memiliki pemicu emosional untuk sindrom Takotsubo, 37 memiliki sindrom bahagia hati dan 873 memiliki sindrom patah hati.
Tidak seperti sindrom patah hati, yang terutama menyerang wanita, sindrom hati bahagia sebagian besar diamati pada pria.
Komplikasi yang timbul karena kedua sindrom ini ternyata sangat mirip.
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
Terkini
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!