Suara.com - Terlalu banyak makan menjadi salah satu pemicu tubuh jadi gemuk. Tapi, pada orang dengan genetik tertentu, orang yang banyak makan bisa jadi akan tetap kurus. Tapi jangan senang dulu, ya. Karena ternyata, orang kurus yang banyak makan tetap berisiko memiliki kadar kolesterol yang tinggi, lho.
"Orang makan banyak tapi tetap kurus itu karena genetik, tapi kolesterolnya biasanya tinggi," kata spesialis gizi klinik dr. Yohan Samudra Sp.GK saat ditemui di Jakarta, Kamis (4/8/2022).
Lantaran tidak gemuk akibat faktor genetik, lemak yang disebabkan makan terlalu banyak itu jadi menumpuk di darah, jelas dokter Yohan. Sedangkan lemak yang ada di bawah kulitnya memang sedikit.
Perbedaan antara lemak darah dengan lemak di bawah kulit bisa dilihat dari asalnya. Tumpukan lemak darah bisa berasal dari makanan yang dikonsumsi. Sedangkan lemak di bawah kulit merupakan cadangan lemak, bisa berasal dari glukosa yang tidak terpakai menjadi energi.
"Misalnya, dua orang makan bareng terus, makannya jorok. Misalnya, kita gendut, dia nggak, gitu-gitu aja, senang, dong. Tapi cek kolesterolnya dia tinggi karena dia lemak ke darah ngumpulnya, enggak lari ke kulit," jelasnya.
Lemak dalam darah bisa jadi berbahaya bila terus terjadi dalam waktu lama. Karena lemak darah berisiko menyumbat pembulu darah. Bila sumbatan itu terjadi di jantung, maka bisa berisiko sebabkan serangan jantung. Sedangkan, bila terjadi di otak bisa jadi timbulkan stroke.
Kolesterol tinggi juga sering terjadi pada orang yang obesitas. Tapi, orang yang sudah kegemukan terkadang masih memiliki hasil cek darah yang normal.
Menurut dokter Yohan, kondisi itu tidak akan selalu sama bila kegemukannya tidak segera diatasi.
"Kalau dicek orangnya gendut, tapi hasil lab bagus, sebetulnya belum, tinggal tunggu waktu saja," ujarnya.
Baca Juga: Seorang Pria Ditemukan dengan Kondisi Mengenaskan di Kolong Jembatan, Begini Kondisinya Saat Ini
Ia menjelaskan bahwa tumpukan lemak akibat pola makan dan gaya hidup tidak sehat akan meningkatkan peradangan dan radikal bebas di dalam tubuh. Kemudian dalam jangka panjang, mulai merusak saraf dan pembuluh darah. Sehingga mulai ada peningkatan kolesterol, asam urat, dan gula darah tinggi akibat peradangan sudah merusak organ.
Hanya saja, batas toleransi peradangam tersebut setiap orang berbeda-beda, tergantung dari banyak faktor, termasuk genetik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa