Suara.com - Ada yang mengatakan mungkin darah mereka yang sering digigit nyamuk lebih manis dibandingkan yang jarang digigit.
Anda mungkin pernah mengalami digigit nyamuk berkali-kali, padahal orang di dekat anda tidak digigit sama sekali.
Sekarang sekelompok peneliti di Amerika Serikat bisa menjelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Dalam laporan penelitian yang baru terbit hari ini (19/10), ilmuwan dari Rockefeller University mengatakan nyamuk akan mendekati mereka yang mengeluarkan bau tertentu di kulit yang disebabkan kombinasi asam yang diproduksi oleh tubuh kita.
Para peneliti ini fokus meneliti nyamuk Aedes aegypti, jenis nyamuk yang membawa virus yang bisa menyebabkan penyakit berat, seperti demam kuning, demam berdarah, dan Zika.
Penelitian itu menemukan, orang yang lebih banyak digigit nyamuk ternyata memproduksi lebih banyak 'asam karbosiklat' dibanding orang lain, dan itu disebabkan oleh faktor genetik.
"Kami melakukan pengujian ketertarikan nyamuk dengan bau kulit manusia dan menemukan adanya orang-orang yang sangat menarik atau tidak menarik untuk didekati oleh nyamuk," tulis penelitian tersebut.
"Analis kimia menunjukkan bahwa mereka yang lebih banyak didekati oleh nyamuk memproduksi lebih banyak asam karbosiklat di kulit mereka dibandingkan yang lain."
Para peneliti ini mengatakan kemungkinan faktor genetis memainkan peran mengenai komposisi asam di kulit kita sehingga mereka kemudian lebih mudah digigit nyamuk.
"Memahami mengapa sebagian orang lebih sering digigit dibandingkan yang lain memberikan pengetahuan baru mengenai bau kulit ternyata penting bagi nyamuk dan ini bisa menjadi masukan dalam membuat obat pencegah gigitan nyamuk yang lebih efektif," kata para peneliti.
Banyak alasan mengenai gigitan nyamuk
Ini bukan pertama kalinya para ilmuwan mencoba menemukan jawaban mengapa sebagian orang lebih rentan digigit nyamuk sementara yang lainnya tidak.
Dr Cameron Webb, peneliti nyamuk di University of Sydney, mengatakan ada banyak alasan mengapa seseorang lebih banyak digigit nyamuk dibandingkan yang lain.
"Ini bisa disebabkan karena bawaan genetik kita, dan bagaimana berbagai cairan kimia yang muncul di kulit kita," katanya.
"Tetapi juga bisa disebabkan karena aktivitas kita, apakah kita sedang kedinginan atau kepanasan, berkeringat, sedang hamil, dan kadang juga karena pola makan.'
Dr Gordana Rasic peneliti mengenai nyamuk di QIMR Berghofer Medical Research Institute di Queensland mengatakan para ilmuwan baru-baru ini menemukan jawaban mengenai mengapa mereka yang terkena malaria terkena gigitan nyamuk lagi.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Jadi Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia, John Herdman Punya Kesamaan Taktik dengan STY
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
Terkini
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci