"Ini merupakan penemuan yang penting karena bila seseorang yang sudah mengidap malaria digigit nyamuk, maka nyamuk itu kemudian terkena malaria dan bisa kemudian menyebabkan malaria tersebut ke orang lain," katanya.
Dr Rasic mengatakan apa yang menyebabkan nyamuk berperilaku tertentu sangatlah "kompleks" untuk diketahui.
"Nyamuk memiliki otak yang kecil namun mereka bisa memproses sinyal dari ratusan reseptor yang berbeda," katanya.
"Menggigit manusia dilakukan oleh nyamuk betina, mereka harus menggigit manusia untuk mendapatkan darah guna mengembangkan telur dalam rangka reproduksi, dan itu memang insting dasar mereka.'
Dr Webb juga mengatakan bahwa para peneliti Amerika Serikat tersebut hanya memfokuskan diri pada satu jenis nyamuk saja, nyamuk yang menyebabkan demam kuning atau demam berdarah, sementara "ada ribuan jenis nyamuk di planet kita ini."
"Bahkan kalau pun kita bisa menyelesaikan masalah satu jenis nyamuk, ini tidak berarti bahwa hubungan dan ketertarikan nyamuk menggigit orang tersebut berlaku bagi semua jenis nyamuk," katanya.
Nyamuk yang menyebabkan demam berdarah menjadi salah satu masalah besar di Australia beberapa tahun setelah berakhirnya Perang Dunia kedua pada tahun 1945. Namun, sekarang wabah demam berdarah kadang hanya terjadi di kawasan utara dan tengah di negara bagian Queensland.
Perubahan iklim akan meningkatkan gigitan nyamuk
Meski demam berdarah kini sudah tidak lagi menjadi masalah utama di Australia, Dr Webb mengatakan perubahan iklim mungkin akan meningkatkan banyak penyakit karena gigitan nyamuk di Australia.
Salah satu contohnya menurut Dr Webb adalah penyakit radang otak 'Japanese encephalitis'.
Sejak mencapai benua Australia bulan Maret lalu, virus ini sudah ditemukan pada manusia, babi dan nyamuk di negara bagian Australia Selatan, Victoria, New South Wales, Queensland dan Northern Territory.
Sudah ada 40 kasus pada manusia, termasuk enam orang meninggal.
"Salah satu alasan mengapa virus ini tidak saja sampai di Australia tetapi khususnya bisa menyebar begitu luas karena kita mengalami hujan hampir tanpa henti selama dua tahun di seluruh negeri," kata Dr Webb.
"La Niña mendatangkan banyak hujan dan ini memberikan habitat bagi nyamuk untuk berkembang, dan juga habitat bagi satwa liar yang bisa menjadi tempat cadangan bagi virus tersebut seperti burung."
Dr Webb mengatakan cuaca buruk seperti banjir dan badai topan juga membuat lingkungan di Australia menjadi tempat yang lebih produktif bagi berkembangnya nyamuk.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien