Suara.com - Pesawat menjadi salah satu moda transportasi pilihan ketika mudik lebaran, terutama bila kampung halaman memang berbeda pulau. Bagi orang dewasa, naik pesawat selama beberapa jam mungkin tidak terlalu bermasalah.
Tetapi, orang tua yang akan mudik dengan membawa bayi maupun balita sebaiknya lakukan persiapan khusus.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Ririe Fachrina, Sp.A(K)., mengatakan bahwa perjalanan udara dengan jarak jauh selama berjam-jam bisa jadi membuat anak-anak tidak nyaman.
"Ketinggian akan mempengaruhi kadar oksigen dalam tubuh. Jadi kalau anak dan bayi tidak fit, tidak dalam kondisi prima, kita harus waspada," kata dokter Ririe dalam konferensi pers IDAI beberapa waktu lalu.
Pengaruh ketinggian terhadap oksigen dalam tubuh itu akan berdampak buruk terhadap kesehatan anak. Salah satunya, kata dokter Ririe, kondisi hipoksia atau kekurangan oksigen.
Bila sejak berangkat kondisi kesehatan anak sudah sehat dan prima, maka risiko hipoksia bisa tidak terjadi. Tetapi, dokter Ririe tetap menganjurkan orang tua agar lakukan antisipasi.
"Tapi bila anak sudah tidak kurang sehat, batuk pilek yang sudah agak berat, hidung yang mampet sehingga sudah kesulitan untuk menghirup oksigen, kemudian dibawa dengan perjalanan jauh mungkin 4-6 jam, apalagi berbelas jam, itu kita harus waspada terhadap kejadian hipoksia," jelasnya.
Gejala kekurangan oksigen itu bisa menyebabkan anak kesulitan bernafas, mulai pusing, kurang sadar, hingga terparah menyebabkan kejang.
Dokter Ririe menjelaskan bahwa tekanan udara di dalam pesawat memang lebih rendah sampai 21 persen dibandingkan di permukaan. Sehingga, secara otimatis, kadar oksigen dalam tubuh pasti akan berkurang hingga menjadi 93-94 persen. Angka itu bisa lebih turun bila kondisi seseorang sejak awal sudah tidak sehat.
Baca Juga: Catat, 3 Tips Penting jika Mudik Idul Fitri dengan Kendaraan Pribadi
Oleh sebab itu, dokter Ririe mengingatkan kepada para orang tua agar pergi mudik dengan pesawat saat kondisi anak benar-benar sehat. Selain itu, selama perjalanan juga pastikan anak cukup minum dan tidak telat makan.
"Karena pada saat sedang di ketinggian itu bisa menyebabkan perbedaan tekanan di dalam dan di luar tubuh. Akibatnya akan menyebabkan adanya mekanisme usaha tubuh untuk menyamakan tekanan. Sehingga bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di saluran cerna, jadi merasa kembung. Apabila ketinggian cepat mendadak bisa muntah," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara