Suara.com - Pejabat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Marianus Mau Kuru tidak merekomendasikan perempuan dengan gaya hidup tidak sehat untuk hamil, karena hanya akan jadi beban untuk anak dan kehidupannya di masa depan.
Menurut Marianus, agar rahim seorang perempuan siap jadi rumah tempat bayi tumbuh dan berkembang ia harus memiliki gaya hidup sehat. Sehingga dia tidak merekomendasikan perempuan hamil bila memiliki gaya hidup buruk seperti merokok atau mengonsumsi alkohol.
"Kampanye merubah perilaku seseorang tidak gampang, ada yang merokok terus berhenti tapi ada yang kembali merokok. Ini sebabnya kita harus terus edukasi dan kampanye sampai orang itu sadar. (Termasuk) remaja perempuan diberitahu kalau tidak mau merubah perilaku sebaiknya tidak hamil, karena meninggalkan beban untuk anak kita," jelas Marianus dalam acara Peduli ASI Berkualitas Blackmores melalui di Jakarta Selatan, Rabu (6/3/2024).
Lebih lanjut ia menyampaikan, lebih baik memiliki sedikit anak tapi sehat ditambah ayah ibunya bahagia. Dibanding punya banyak anak, namun lebih mudah sakit hingga membuat orangtua stres dan mudah marah.
"Yang didambakan itu kebahagiaan, kan harapannya keluarga itu bapanya tetap sehat dan ganteng, ibunya tetap sehat dan cantik. Jadi fokus saja pada 2 anak, lalu didik dan besarkan dengan baik," ujar Marianus lagi.
Di kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Anak, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS yang menceritakan berdasarkan pengalamannya bekerja di klinik bayi tabung dan program kehamilan, langkah pertama yang diperintahkan kepada suami istri memperbaiki pola hidup sehat agar mudah hamil, termasuk untuk menurunkan risiko gangguan kehamilan.
"Tidak terbatas untuk istri, suami juga harus dipastikan pola hidupnya sehat, dari mulai berhenti merokok dan tidak konsumsi alkohol, menurunkan berat badan, hingga tidur harus cukup dan tidak bergadang," jelas dr. Gusti Ayu.
Bahkan menurut dr. Gusti Ayu, proses membesarkan anak tidak selesai setelah melahirkan atau setelah anak berusia 5 tahun saja, tapi hingga anak beranjak remaja sehingga anak siap menjadi pribadi yang mandiri.
"Membesarkan anak itu bukan hanya sampai 5 tahun tapi sampai remaja. Berdiskusi dengan suami bukan hanya anak-anak harus sehat saja, tapi orangtua juga harus sehat dan bahagia," pungkas dr. Gusti Ayu.
Baca Juga: Melanie Subono Curhat Perjuangan Jadi Aktivis Perempuan, Sudah Terasah Sejak Kecil
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah