Suara.com - Penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari bisa memicu risiko serius terhadap kesuburan wanita. Hal itu diungkapkan oleh spesialis kesuburan dari Nova IVF Fertility, Gurugram, Rashmi Agarwal.
Menurutnya, plastik mengandung bahan kimia berbahaya yang dikenal sebagai pengganggu endokrin atau Endocrine Disrupting Chemicals (EDC). Zat ini dapat mengganggu keseimbangan hormon tubuh, termasuk hormon estrogen, dan berdampak buruk pada kesehatan reproduksi wanita.
Dalam wawancara yang dilansir Hindustan Times, Rashmi menjelaskan bahwa paparan jangka panjang terhadap plastik meningkatkan risiko berbagai masalah reproduksi.
“Penggunaan plastik dapat menyebabkan gangguan hormonal, siklus menstruasi tidak teratur, hingga penurunan kualitas sel telur, yang semuanya berdampak langsung pada kesuburan wanita,” katanya, dikutip Jumat (24/1/2025).
Penelitian ini menunjukkan bahwa bahan kimia seperti BPA dan ftalat dalam plastik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan reproduksi. Paparan BPA dalam jangka panjang, misalnya, dikaitkan dengan gangguan fungsi ovarium yang berujung pada penurunan kualitas sel telur.
Di sisi lain, Ftalat berhubungan dengan peningkatan risiko keguguran dan komplikasi selama trimester pertama kehamilan.
Selain itu, gadis muda yang terpapar EDC pada usia dini berisiko mengalami pubertas dini. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesuburan di masa dewasa, tetapi juga meningkatkan kemungkinan masalah reproduksi jangka panjang seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Gangguan hormon akibat penggunaan plastik dapat menyebabkan siklus ovulasi terganggu, meningkatkan kadar estrogen secara berlebihan, hingga menurunkan peluang kehamilan. Tidak hanya itu, wanita yang terpapar plastik secara terus-menerus juga berisiko mengalami komplikasi serius selama kehamilan.
Untuk mengurangi risiko, Rashmi menyarankan untuk mengganti penggunaan plastik dengan bahan alternatif seperti kaca atau baja tahan karat.
“Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik atau menyimpan makanan dalam kemasan plastik untuk membatasi paparan bahan kimia,” tambahnya.
Langkah lain yang dapat dilakukan adalah memilih produk organik dan makanan segar yang tidak dikemas dalam plastik. Selain itu, edukasi masyarakat tentang bahaya bahan kimia dalam plastik dan advokasi terhadap regulasi yang membatasi penggunaan senyawa kimia berbahaya sangat penting untuk menciptakan perubahan budaya yang lebih sehat.
“Dengan memilih bahan yang lebih aman dan mendidik diri sendiri tentang risiko plastik, kita dapat meningkatkan kesehatan reproduksi dan menekan dampak negatif bagi generasi mendatang,” tutup Dr. Rashmi. (antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?