- Tren kebugaran personal berbasis data makin populer.
- Gym kini hadirkan AI & ekosistem terintegrasi, sesuaikan latihan dengan data tubuh, efisienkan olahraga.
Suara.com - Bagi banyak orang, olahraga di gym masih identik dengan keringat, otot, dan tubuh ideal. Namun di balik popularitas gaya hidup sehat, ada perubahan besar yang sedang terjadi: kebugaran kini bukan lagi sekadar urusan fisik, melainkan juga tentang keseimbangan mental dan data ilmiah yang mendukung performa tubuh secara presisi.
Tren ini mulai tampak di kota-kota besar seperti Jakarta, di mana masyarakat urban semakin sadar bahwa olahraga yang efektif tidak cukup hanya dengan semangat dan disiplin, tetapi juga perlu memahami kondisi tubuh secara ilmiah. Dari analisis genetik hingga teknologi pelacak gerak, industri kebugaran perlahan bergeser menjadi arena di mana sains dan gaya hidup bertemu.
Perubahan ini menjadi sorotan dalam peluncuran Precision Gym di Jakarta Selatan pada 25 Oktober 2025. Acara tersebut tidak sekadar memperkenalkan fasilitas baru, tetapi juga memicu diskusi lintas bidang antara pakar kebugaran, terapis mental, konsultan genetika, dan pelaku industri olahraga.
Mereka sepakat bahwa masa depan gym di Indonesia tidak lagi hanya tentang membentuk otot, melainkan juga membangun kesadaran tubuh dan pikiran lewat pendekatan berbasis data.
1. Ketimpangan Akses dan Tantangan Industri
Principal PT Precision Gym Indonesia, Harryadin Mahardika, menilai potensi industri gym di Indonesia masih belum tergarap maksimal. Dari sekitar 300 juta penduduk, hanya terdapat sekitar tiga ribu gym yang dinilai memiliki fasilitas dan konsep memadai. “Artinya satu gym melayani seratus ribu orang. Itu sangat tidak seimbang,” ujarnya.
Harryadin menekankan, pemerintah perlu melihat industri gym sebagai bagian dari strategi kesehatan nasional, bukan semata bisnis hiburan. Pajak tinggi yang disamakan dengan pajak hiburan, menurutnya, justru menghambat pertumbuhan sektor ini. “Kalau bisa, alat gym jangan dikenakan pajak. Bahkan seharusnya disubsidi agar industri ini bisa tumbuh dan menjangkau masyarakat lebih luas,” katanya.
Selain soal kebijakan, ia menyoroti pentingnya penggunaan teknologi untuk menciptakan pengalaman latihan yang presisi, mulai dari analisis kebutuhan tubuh hingga rencana latihan berbasis kecerdasan buatan.
2. Teknologi dan Ilmu Pengetahuan di Ruang Latihan
Baca Juga: Pelatih Cremonese Buka-bukaan Kondisi Emil Audero, Ungkap Hal Mengerikan sampai Harus Menghilang
Vice Club Manager, Antok Purwo Atmojo, menjelaskan bagaimana pendekatan ilmiah diterapkan dalam pengukuran performa di Precision Gym. Ia mencontohkan alat skill run yang mampu membaca jarak, langkah, hingga titik tumpu pelari. “Kami menggunakan teknologi untuk memetakan kemampuan fungsional tubuh dan merancang program yang benar-benar personal,” katanya.
Antok menambahkan, layanan kebugaran kini tak bisa dipisahkan dari pendekatan medis dan bioteknologi. “Kami berkolaborasi dengan Widya Genomic untuk mendukung regenerasi sel melalui teknologi seperti exosome dan sekrotome. Tujuannya agar pemulihan dan peningkatan performa berjalan seimbang,” jelasnya.
3. Genetika dan Personal Health
Menurut Evatul Janna Mansamaeka, Senior Consultant di Widya Genomic, kunci hidup sehat dimulai dari memahami tubuh sendiri. Tes epigenetik, ujarnya, dapat memberi gambaran rinci tentang kondisi genetik seseorang, termasuk risiko hipertensi, kolesterol, hingga kanker.
“Tes epigenetik bisa membaca hingga seratus indikator genetik. Dari situ, kita tahu olahraga dan pola makan seperti apa yang sesuai,” katanya. Ia berharap pendekatan ini bisa memperkaya cara masyarakat memandang kebugaran, tidak hanya dari sisi fisik, tetapi juga dari faktor biologis yang lebih dalam.
4. Tubuh dan Pikiran yang Selaras
Berita Terkait
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
5 Rekomendasi Sunscreen yang Tidak Bikin Mata Perih, Aman Dipakai untuk Nge-gym dan Lari
-
Bukan Sekadar Olahraga Elite, Golf Jadi Magnet Gaya Hidup Baru
-
Pelatih Cremonese Buka-bukaan Kondisi Emil Audero, Ungkap Hal Mengerikan sampai Harus Menghilang
-
Apakah Adidas Samba Bisa Dipakai Olahraga? Ini 5 Varian yang Paling Dicari
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial