Suara.com - Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo melihat ada dua kegundahan hati dan pikiran dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi hingga membuat langkahnya di kancah politik Indonesia kian disorot.
Ari melihat, kekinian publik sedang melototi sikap Jokowi yang dianggap bermain dan menelurkan dinasti politik. Puncaknya ketika Mahkamah Konstitusi (MK) yang dipimpin oleh adik iparnya, Anwar Usman menyatakan seseorang bisa mendaftar capres-cawapres jika berusia minimal 40 tahun atau sudah pernah menduduki jabatan publik karena terpilih melalui pemilu.
Tentu saja putusan MK itu seolah memberikan karpet merah bagi putra sulung Jokowi sekaligus keponakan dari Anwar Usman, yakni Gibran Rakabuming Raka untuk melenggang mendaftarkan diri menjadi cawapres untuk Prabowo Subianto.
Menurut Ari, pemerintah kemungkinan salah memperkirakan respons publik atas putusan MK tersebut. Mereka menganggap publik hanya akan diam, tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
Ari berujar sekarang publik justru memberikan respons lewat terkonsolidasi elemen-elemen masyarakat dalam menanggapi majunya Gibran menjadi pendamping Prabowo. Terlebih mengenai narasi dinasti politik yang kini dilekatkan kepada putra Jokowi itu.
"Nah, pesan saya di sini, mr. president: no one is indispensable, tidak ada orang yang tidak bisa tergantikan," kata Ari di kantor PARA Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (3/11/2023).
Ari melihat sikap Jokowi yang sedemikian rupa mendorong putranya agar bisa maju dilandaskan atas dua hal. Pertama, tentang kegelisan Jokowi atas suksesornya nanti, apakah bisa meneruskan apa yang sudah ia kerjakan atau sebaliknya.
"Satu, soal kegelisahan dan kerisauan Presiden Pak Jokowi, ketika dia setelah tidak jadi presiden bagaimana IKN, bagaimana memastikan bahwa peluang bonus demografi itu bisa kita dapat sehingga Indonesia bisa keluar dari middle income trap sehingga menjadi negara maju. Itu kan selalu diucapkan oleh Pak Jokowi," tutur Ari.
"Itu adalah sebuah bawah sadar yang mungkin siapa dia menyangsikan semua ya. Jadi saya mengatakan itu mungkin salah satu sebab," ujarnya.
Baca Juga: Jelang Putusan MKMK, Anwar Usman Siap Hadapi Segala Kemungkinan
Hal kedua yang diperkirakan Ari menjadi sebab Jokowi bersikap seperti saat ini adalah urusan personal antara Jokowi dengan PDI Perjuangan serta Ketua Umumnya, Megawati Soekarnoputri. Diketahui hubungan Jokowi dengan PDIP dan Megawati memang kerap diisukan sedang memanas.
"Jadi mungkin itu kerisauan Pak Jokowi sehingga dia mengambil jalan pintas keluar dari rel demokrasi pada saat setahun, menjelang satu tahun terakhir masa jabatan beliau berakhir. Di samping juga ada bumbu-bumbu soal mungkin kekesalan atau konflik atau kekesalan atau kesebalan yang sifatnya personal dengan PDI Perjuangan atau Bu Mega," kata Ari.
Kendati memang ada hal personal seperti itu, Ari menegaskan tidak seharusnya kemudian Jokowi mencampuradukannya ke ruang publik.
"Jangan lah hal yang sifatnya pribadi yang personal ini kemudian masuk ke ruang ruang publik kemudian bahkan membajak ruang publik untuk kemudian memastikan atau melakukan upaya-upaya politik bahkan kejatahan politik dan kejahatan hukum untuk kemudian melanggengkan atau memperpamjang terus kekuasaannya yang mungkin tidak oleh dirinya, kemudian oleh anaknya," tutur Ari.
Berita Terkait
-
Negara ASEAN Mulai Waspada TikTok, Menteri Teten Sebut Presiden Perintahkan Awasi Perlindungan Data Pribadi
-
Gegara Usulkan Hak Angket, Masinton Pasaribu Dilaporkan ke MKD: Salah Alamat!
-
Usul Hak Angket MK di Rapat Paripurna, Masinton PDIP Dilaporkan ke MKD DPR RI
-
Bukan Menghambat, Anwar Usman Jelaskan Tak Kunjung Bentuk MKMK Permanen
-
Jelang Putusan MKMK, Anwar Usman Siap Hadapi Segala Kemungkinan
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Ngaku Lagi di Luar Pulau Jawa, Ridwan Kamil Tidak Hadir Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Besok
-
Paslon Bupati-Wakil Bupati Bogor nomor 2 Pecah Kongsi, Soal Pencabutan Gugatan Sengketa Pilkada ke MK
-
Miris, Warga Bali 'Dibuang' Adat Karena Beda Pilihan Politik
-
Meski Sudah Diendorse di Kampanye, Pramono Diyakini Tak akan Ikuti Cara Anies Ini Saat Jadi Gubernur
-
Pilkada Jakarta Usai, KPU Beberkan Jadwal Pelantikan Pramono-Rano
-
MK Harus Profesional Tangani Sengketa Pilkada, Jangan Ulangi Sejarah Kelam
-
Revisi UU Jadi Prioritas, TII Ajukan 6 Rekomendasi Kebijakan untuk Penguatan Pengawasan Partisipatif Pemilu
-
Menang Pilkada Papua Tengah, Pendukung MeGe Konvoi Keliling Kota Nabire
-
Pasangan WAGI Tempati Posisi Kedua Pilkada Papua Tengah, Siap Tempuh Jalur Hukum ke MK
-
Sah! KPU Tetapkan Pasangan MeGe Pemenang Pilgub Papua Tengah 2024