Suara.com - Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta sejak bulan ini melakukan studi teknis terhadap Candi Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Studi teknis ini dilakukan karena bangunan peninggalan sejarah budaya tersebut mengalami pelapukan pada bebatuannya.
"Bebatuan Candi Kalasan mengalami pelapukan dan keretakan pada dindingnya. Kami lakukan studi teknis agar pelapukan dan keretakan batu bisa segera dihentikan," kata Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta Tri Hartono, Minggu (3/5/2015).
Menurut dia, pelapukan pada batu candi tersebut sudah berlangsung cukup lama dan selama ini upaya dalam menghentikannya belum berhasil.
"Kami akan mengintensifkan observasi terhadap pelapukan batu tersebut. Selain itu pula, keretakan pada dindingnya. Melalui kajian komprehensif ini dapat diperoleh cara menghentikan pelapukan batu. Serta dapat melestarikan bangunan dengan 'relief' yang paling indah masa klasik," jelas Tri Hartono.
Ia mengatakan pihaknya juga melakukan pengumpulan data dengan penggalian dan pembukaan struktur bangunan candi.
"Dari hasil kajian sementara, bangunan candi tersebut masih terpendam sekitar satu meter dalam tanah," imbuh Tri Hartono.
Aktivitas dalam melakukan studi teknis ini, lanjut dia, tidak akan mengganggu wisatawan yang datang ke bangunan cagar budaya tersebut.
"Malah dapat menjadi salah satu objek yang menarik bagi pengunjung, mereka juga bisa melihat langsung upaya pelestarian," jelas Tri Hartono.
Dalam studi teknis yang dilakukan, Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB Yogyakarta Wahyu Astuti mengatakan bahwa Candi Kalasan tak berbeda jauh dengan Candi Perwara, yaitu bangunannya masih tertimbun di dalam tanah.
"Struktur bangunan lantai Candi Kalasan masih satu meter di dalam tanah. Untuk itu, diperlukan adanya penggalian agar bisa terlihat secara utuh candi tersebut," jelasnya.
Astuti mengatakan ada beberapa kendala yang dihadapi saat ini jika penggalian dilakukan, yakni struktur tanah di sekitar candi yang berada di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman tersebut merupakan daerah rendaman air.
"Kami gali sedalam 20 sentimeter saja, sudah keluar airnya," katanya.
Menurut Astuti, pemugaran membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.
"Dari studi teknis itu nantinya menghasilkan rekomendasi-rekomendasi, apakah memungkinkan tidak untuk digali. Setelah studi teknis ini, baru ditindaklanjuti," jelasnya. (Antara)
Tag
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Pengamat Pendidikan Sebut Keputusan Gubernur Banten Nonaktifkan Kepsek SMAN 1 Cimarga 'Blunder'
- Biodata dan Pendidikan Gubernur Banten: Nonaktifkan Kepsek SMA 1 Cimarga usai Pukul Siswa Perokok
- 6 Shio Paling Beruntung Kamis 16 Oktober 2025, Kamu Termasuk?
Pilihan
-
Patrick Kluivert Bongkar Cerita Makan Malam Terakhir Bersama Sebelum Dipecat
-
Dear PSSI! Ini 3 Pelatih Keturunan Indonesia yang Bisa Gantikan Patrick Kluivert
-
Proyek Sampah jadi Energi RI jadi Rebutan Global, Rosan: 107 Investor Sudah Daftar
-
Asus Hadirkan Revolusi Gaming Genggam Lewat ROG Xbox Ally, Sudah Bisa Dibeli Sekarang!
-
IHSG Rebound Fantastis di Sesi Pertama 16 Oktober 2025, Tembus Level 8.125
Terkini
-
17 Oktober Memperingati Hari Apa Saja? Tak Hanya Hari Kebudayaan Nasional dan Ultah Prabowo
-
Mau Punya Wajah Glowing? Pakai 5 Rekomendasi Moisturizer Korea TerbaikIni
-
6 Shio Paling Beruntung Dalam Urusan Cinta Besok Jumat 17 Oktober 2025
-
Utang dan Kekayaan Andra Soni, Gubernur Banten yang Nonaktifkan Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga
-
Selebgram Julia Prastini Selingkuh dengan Siapa? Sosok Petinju Ini Terseret
-
Berapa Biaya Kuliah di Universitas Borobudur? Kampus S3 Ahmad Sahroni
-
7 Sunscreen Korea Terbaik untuk Flek Hitam dan Cegah Kanker Kulit
-
Profil dan Pendidikan Ahmad Sahroni, Resmi Raih Gelar Doktor
-
Apakah Adidas Samba Bisa Dipakai Olahraga? Ini 5 Varian yang Paling Dicari
-
Apa Akreditasi Universitas Borobudur? Kampus S3 Ahmad Sahroni