Suara.com - Pagi itu matahari tak menampakkan dirinya. Awan hitam tampak bergelayut di langit, menandakan hujan akan segera turun. Tapi semangat puluhan orang ini justru tak terpengaruh rintiknya hujan yang bisa tiba-tiba membasahi.
Mereka tampak asyik berdendang sembari menari bersama membentuk sebuah lingkaran. Lantunan lagu berbahasa Portugis yang berjudul Terra de Energia justru memancing dua orang untuk menampilkan seni akrobatik dan beladiri di tengah-tengah lingkaran yang terbentuk.
Ya, mereka ini tergabung dalam komunitas Zungu Capoeira Indonesia. Mungkin sebagian dari Anda tak asing lagi dengan istilah Capoeira yang identik dengan negara Brasil.
Di sini tua, muda, lelaki, perempuan, berbadan kurus bahkan gemuk sekalipun tak akan menjadi halangan untuk mempraktikkan perpaduan berbagai unsur seni dalam setiap gerakan Capoeira.
Salah satu bentuk seni ini mulanya dikembangkan oleh para budak Afrika di Brasil pada 1500. Gerakan ini sepintas mirip tarian namun bertitik berat pada tendangan.
Zungu Capoeira Indonesia, beberapa waktu lalu berkumpul di area Car Free Day Sudirman-Thamrin untuk unjuk gigi sekaligus memperkenalkan seni ini ke masyarakat luas. Mereka tampil dengan diiringi musik yang disebut dengan Jogo yang dimainkan oleh enam anggotanya.
Alat musik yang digunakan antara lain berimbau yakni lengkungan kayu dengan tali senar yang dipukul oleh kayu kecil untuk menggetarkannya, lalu ada Atabaque atau gendang besar dan Jimbe.
Mereka bernyanyi dengan penuh kegembiraan, guyub dan rukun tidak seperti seni beladiri lainnya yang cenderung kaku dan tegang.
Tak Hanya Belajar Beladiri
Ahda Leota, salah satu pengajar di Escola Cultural Zungu Capoeira Jakarta, menuturkan bahwa gerakan Capoeira membawa semangat hidup dalam keseharian pelakunya. Para anggota komunitas ini pun sekaligus bisa mempelajari banyak hal mulai dari bahasa Brasil atau Portugis, kebudayaan negeri Samba, hingga seni memainkan musik tradisional.
"Tentunya mereka juga akan mendapat tubuh yang sehat dan bugar. Di sini, para anggota juga dibentuk karakternya agar selalu merendah dan tidak menyombongkan diri," kata Ahda kepada Suara.com beberapa waktu lalu.
Seperti halnya seni beladiri lain, di Capoeira juga berlaku kenaikan sabuk. Namun biasanya setiap klub memiliki ciri khas dan warna sabuk masing-masing. Orang yang berhak memberikan sabuk pun bukan orang sembarangan tapi diberikan langsung oleh master di masing-masing klub.
Ahda pun mengakui bahwa kedekatan yang terjalin antar anggota komunitas Zungu Capoeira yang tersebar di berbagai kota di Indonesia pun sangat baik.
"Contohnya hari ini, Capoeirista (sebutan untuk anggota Capoeira) dari berbagai kota, seperti Jakarta, Surabaya, Madura bahkan kota-kota lain di Sulawesi seperti Makasar, berkumpul untuk berlatih bersama dan sharing sambil mempererat persaudaraan di antara kita," imbuhnya.
Dikatakan Ahda, bahwa komunitas Zungu Capoeira sendiri aktif memberikan pelatihan di berbagai tempat di Jakarta. Muridnya pun tak hanya berusia remaja atau dewasa tapi juga anak-anak.
"Untuk kelas umum kita adakan di beberapa lokasi seperti Gedung Tetra Pak Pejaten, Cinere, Pondok Labu dan Bintaro. Untuk kids class kita mulai ajarkan untuk anak usia 4-17 tahun," terangnya.
Uniknya lagi di Capoeira setiap anggotanya yang menaiki tahapan tertentu akan mendapatkan nama panggilan dalam bahasa Brasil. Kriteria pemberian nama tersebut nantinya akan disesuaikan dengan fisik, sifat, atau gerakan yang dikuasai anggota tersebut. Ahda misalnya, mendapat nama Graduado Xareu.
Untuk bergabung dalam komunitas ini, syaratnya pun sangat mudah. Minimal menggunakan perlengkapan seperti celana olahraga panjang dan kaos yang nyaman dipakai. Anda bisa mengunjungi laman Facebook Page Escola Cultural Zungu Capoeira Indonesia untuk mendapatkan informasi mengenai kelas atau agenda latihan mereka.
Tak hanya sekadar olahraga, Anda juga bisa mendapatkan pengetahuan sekaligus keluarga baru bersama komunitas ini. Menarik 'kan?
Berita Terkait
-
Ketika Parfum Menjadi Gaya Hidup Cerita Jogja Fragrance Community
-
Saat Gen Z Jogja Melawan Stres dengan Merangkai 'Mini Hutan'
-
Teman Sintas, Ruang Aman Berbasis Komunitas untuk Mendampingi Penyintas
-
Latihan Bareng Komunitas, Cara Seru Pelari Siapkan Diri Jelang Ajang Lari 2026
-
Muda, Berbudaya, dan Adaptif: Tukar Akar Hadirkan Sastra yang Lebih Inklusif
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Tahun Baru, Saatnya Menata Finansial dengan Lebih Tenang
-
7 Negara Paling Tidak Bahagia di Dunia Tahun 2025, Ada Indonesia?
-
Terpopuler: Rekomendasi Sunscreen Anti Aging hingga Sepatu Lokal Senyaman Nike
-
Stop Kemerahan! Ini Dia Solusi Eksfoliasi Nyaman untuk Kulit Sensitif
-
Wajib Coba! 5 Body Lotion Terbaik untuk Kulit Cerah Remaja, Harga Mulai Rp10 Ribuan
-
Hari Ibu Tanggal Berapa? Sontek 15 Ide Kado yang Bikin Bunda Nangis Terharu
-
10 Ide Tukar Kado Natal Rp10 Ribu, Lebih Berkesan dari Hadiah Mahal
-
6 Sunscreen dengan Anti-Aging untuk Ibu Rumah Tangga Usia 30 Tahun ke Atas
-
Deodoran Apa yang Gak Bikin Ketiak Hitam? Ini 5 Pilihan yang Layak Dicoba
-
Selain Cokelat, Ini 3 Makanan Sehari-hari yang Bisa Bikin Kita Bahagia