Suara.com - Nama Kalijodo mendadak tenar setelah peristiwa nahas yang menyebabkan empat orang tewas ditabrak pengendara Toyota Fortuner yang ugal-ugalan, beberapa waktu lalu. Tak hanya itu, belakangan juga diketahui sang pengendara baru saja mabuk-mabukan bersama teman-temannya di kawasan Kalijodo.
Kecelakaan maut itu pun mengungkap bahwa praktik prostitusi di Kalijodo masih terjadi. Padahal, kata Sejarawan Ridwan Saidi, kawasan Kalijodo yang dulunya dikenal Kali Angke merupakan tempat yang kerap dijadikan sebagai pusat perayaan lomba mendayung perahu masyarakat etnis Tionghoa (Peh Cun) sejak 1950an.
Perayaan Peh Cun yang juga dimanfaatkan sebagai ajang mencari jodoh muda-mudi etnis Tionghoa ini, menurut Ridwan, sangat jauh dari hal-hal negatif, karena muda-mudi yang mencari jodoh memang orang baik-baik.
Sayangnya, tradisi etnis Tionghoa ini, kata Ridwan, pada 1958 dihentikan oleh Walikota Jakarta yang kala itu dijabat oleh Sudiro, tanpa alasan yang jelas.
"Dihentikannya tidak jelas alasannya, cuman dikatakan bahwa perayaan Imlek tidak boleh lagi dirayakan di ruang publik sehingga hanya dirayakan di rumah-rumah saja," bebernya kepada Suara.com.
Kalijodo, Riwayatmu Kini (I): Dulunya Tempat Mencari Jodoh Saat Perayaan Peh Cun
Sejak itulah Kali Angke yang tak berpenghuni lambat laun berubah fungsi menjadi tempat transit para perempuan dari luar Jakarta untuk mengadu nasib di Ibu Kota.
"Mulai 1960 muncul gubuk-gubuk liar. Padahal kawasan tersebut mulanya tidak ada hunian karena memang tidak boleh, karen sebelumnya hanya untuk pusat perayaan Peh Cun," ungkapnya.
Hingga akhirnya pada 1963, kenang Ridwan, semakin banyak penduduk yang berasal dari luar Jakarta bermukim di kawasan tersebut. Agar bisa bertahan hidup di Jakarta, para perempuan pendatang yang tak memiliki kemampuan apapun ini akhirnya berani menjual kehormatannya demi sesuap nasi.
"Jadi mulai ada praktik prostitusi sejak 1963. Mereka mau cari makan nggak tahu apa yang dijual, ya akhirnya jual kehormatannya. Dulu kan susah cari uang, karena zaman orde lama," ujarnya merinci.
Dalam perkembangannya, gubuk-gubuk liar yang awalnya semi permanen kemudian berubah menjadi kafe-kafe dengan bangunan yang kokoh berdiri. Pengunjung yang datang pun tak lagi muda-mudi yang serius mencari jodoh, melainkan perempuan-perempuan yang menjajakan diri, yang membuat kawasan ini dikenal sebagai kawasan prostitusi hingga sekarang.
Lantas, apa pendapat Ridwan Saidi setelah kawasan hiburan malam Kalijodo ini ditertibkan alias ditutup? Simak penuturannya di artikel selanjutnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
Pilihan
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
Terkini
-
Katalog Promo Tebus Murah Alfamart Mulai Rp5 Ribu, Cek sebelum Berakhir!
-
6 Cushion dengan Hasil Akhir Velvet Matte untuk Tampilan Halus seperti Beludru
-
5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
-
Daftar Promo Makanan Spesial Akhir Tahun 2025, Hidangan Jepang hingga Kopi Kekinian
-
5 Rekomendasi Sheet Mask Kolagen untuk Samarkan Penuaan Usia 40 Tahun
-
4 Sepatu Lokal untuk Futsal dan Minisoccer yang Lebih Murah dari Adidas
-
Ide Hadiah Tukar Kado untuk Rekan Kerja di Kantor yang Pasti Disukai
-
5 Rekomendasi Moisturizer Hyaluronic Acid untuk Bikin Wajah Glass Skin
-
Bye Aslam! 7 Vitamin Daya Tahan Tubuh Dewasa di Apotek, Aman untuk Lambung
-
5 Sandal Jelly Lokal Mirip Brand Melissa, Anti Jepret Harga Lebih Terjangkau