Lifestyle / Food & Travel
Minggu, 12 Mei 2019 | 11:00 WIB
Menyambut bulan suci dengan suara bedug dan meriam: Dugderan. (Dok Airy Rooms)

Sebelum acara lempar lumpur, masyarakat akan membersihkan sendang, berdoa bersama, dan mengadakan berbagai kesenian serta hiburan. Gunungan hasil bumi dan sesaji akan diarak dan selanjutnya diperebutkan oleh warga. Ada juga arak-arakan dekorasi berwujud macan yang menjadi maskot tradisi popokan.

Mendoakan leluhur dengan ziarah kubur: Nyadran

Mendoakan leluhur dengan ziarah kubur: Nyadran. (Dok: Airy Rooms)

Tradisi nyadran bukanlah ritual yang asing bagi masyarakat Jawa, termasuk Semarang. Nyadran biasanya dilakukan sebelum ibadah puasa dimulai, yaitu di bulan Ruwah. Umat muslim akan berziarah ke makam keluarga atau leluhur lalu membersihkan kuburan.

Selanjutnya, mereka akan memanjatkan doa bagi sanak saudara yang telah meninggal, sekaligus meminta pada Tuhan supaya ibadah puasa bisa berjalan baik.

Umumnya, nyadran dilakukan secara pribadi atau bersama keluarga besar. Namun, beberapa daerah masih menggelar tradisi ini bersama seluruh warga satu dusun atau desa. Biasanya, setelah ziarah kubur, masyarakat akan mengadakan makan bersama.

Beberapa ritual tersebut merupakan sebagian tradisi terkenal yang masih dipertahankan oleh masyarakat Semarang. Masih ada tradisi-tradisi lain seperti mantenan, aqiqah, padusan, siraman, dan juga magengan.

Mengunjungi keluarga atau sekadar melihat kekayaan tradisi yang masih dilestarikan di Semarang cukup menarik, kapan lagi? Yuk siapkan rencanamu liburan ke Semarang untuk merasakan semarak budaya di sana. 

Load More