Suara.com - Tan Malaka adalah sosok pejuang dengan pemikiran yang menjadi acuan atau inspirasi bagi banyak tokoh-tokoh bangsa Indonesia lainnya, termasuk di antaranya Bung Karno. Makanya wajar, jika tokoh peletak dasar-dasar kebangsaan ini pun oleh Tempo disebut sebagai "Bapak Republik Indonesia".
Pria bernama lengkap Ibrahim Datuk Sutan Malaka --nama asli Ibrahim sedangkan Datuk Sutan Malaka adalah gelar adatnya-- ini punya banyak pemikiran yang menarik yang sekaligus kemudian berkontribusi pada gagasan kebangsaan di Indonesia. Beruntung generasi kini pun masih bisa mempelajari gagasan maupun pemikiran pria kelahiran Suliki, Limapuluh Kota, Sumatera Barat, 2 Juni 1897, itu lewat karya-karya tulisnya.
Berikut tiga di antara karya terbaik Tan Malaka yang tersaji melalui buku-buku yang sudah dicetak ulang untuk kesekian kalinya:
1. Madilog, buku yang adalah juga cita-cita Tan Malaka sendiri
Bangsa Indonesia memandang bahwa apa yang terjadi di dunia ini dipengaruhi oleh kekuatan keramat di alam gaib. Cara pandang ini, disebut-sebut oleh Tan Malaka sebagai "logika mistika". Logika ini melumpuhkan karena ketimbang menangani sendiri permasalahan yang dihadapi, lebih baik mengharapkan kkekuatan-kekuatan gaib itu sendiri. Karena itu, mereka (masyarakat Indonesia) mengadakan mantra, sesajen, dan doa-doa. Melihat kenyataan bangsanya yang masih terkungkung oleh "logika mistika" itu, Tan Malaka melahirkan Madilog.
Mendiang peneliti LIPI, Dr Alfian, pernah menyebutkan bahwa Madilog memang merupakan karya terbaik Tan Malaka, paling orisinal, berbobot, dan brilian. Naskah Madilog ditulis oleh Tan Malaka selama delapan bulan (15 Juli 1942 - 30 Maret 1943). Buku ini bukan semacam "ajaran partai" atau "ideologi proletariat", melainkan cita-cita Tan Malaka sendiri. Di mana Madilog --sebagian besar mengikuti konsep materialistik-dialektik Fredrich Engels-- sama sekali bebas dari buku-buku Marxisme-Leninisme yang menuntut ketaatan mutlak pembaca terhadap Partai Komunis.
Tan Malaka melihat kemajuan umat manusia harus melalui tiga tahap: dari "logika mistika" lewat "filsafat" ke "ilmu pengetahuan" (sains). Dan selama bangsa Indonesia masih terkungkung oleh "logika mistika" itu, maka tak mungkin ia menjadi bangsa yang merdeka dan maju. Madilog merupakan jalan keluar dari "logika mistika" dan imbauan seorang nasionalis sejati bagi bangsanya untuk keluar dari keterbelakangan dan ketertinggalan.
>>LIHAT Madilog di Serbada.com!
2. Sikap Tan Malaka tentang politik dan ekonomi yang bebas dan merdeka dalam Gerpolek
Baca Juga: Menyimak Gagasan Kebangsaan Tan Malaka Lewat "Dari Penjara ke Penjara"
Dulu, Tan Malaka sangat merisaukan makin menciutnya wilayah Republik dengan berdirinya negara boneka bentukan Belanda. Sementara kaum kapitalis, kolonialis dan imperialis berhasil mengacaukan perekonomian dan keuangan Republik Indonesia. Karena itu, Tan Malaka tidak mengenal kompromi dengan kekuatan kolonialisme dan imperialisme. Ia tidak menyetujui perundingan dengan lawan. Ia menganggap berunding adalah sikap mengorbankan kedaulatan dan kemerdekaaan rakyat.
Gerpolek merupakan buku yang dikonsep dan ditulis oleh Tan Malaka ketika dirinya meringkuk di penjara Madiun. Buku ini ditulis tanpa dukungan informasi kepustakaan apa pun. Ia hanya mengandalkan pengetahuan, ingatan, dan semangat kepemimpinan untuk tetap memikirkan kelangsungan kemerdekaan Republik Indonesia tercinta.
Kini, di zaman modern, kata "merdeka" seperti telah tergerus dalam pengertian yang semu. Campur tangan pihak asing dan kepentingan pribadi telah mengalahkan semangat proklamasi. Karena itu, tulisan ini masih relevan untuk disimak. Melalui karya besarnya ini, Tan Malaka menyatakan sikapnya tentang politik dan ekonomi yang bebas dan merdeka.
>>LIHAT Gerpolek di Serbada.com!
3. Menuju Merdeka 100%, kumpulan karya penting Tan Malaka
Suatu malam pada sebuah pertemuan yang dihadiri Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan KH Agus Salim, Tan Malaka yang datang tanpa diundang tiba-tiba berkata lantang: "Kepada kalian para sahabat, tahukah kalian kenapa aku tidak tertarik pada kemerdekaan yang kalian ciptakan? Aku merasa bahwa kemerdekaan itu tidak kalian rancang untuk kemaslahatan bersama. Kemerdekaan kalian diatur oleh segelintir manusia, tidak menciptakan revolusi besar. Hari ini aku datang kepadamu, wahai Soekarno sahabatku… Harus aku katakan bahwa kita belum merdeka, karena merdeka haruslah 100 persen...!"
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
Terkini
-
7 Barang MR DIY di Bawah Rp50 Ribu yang Cocok Jadi Kado Natal
-
Hubungan Kepemilikan Kucing dengan Kesehatan Mental, Benarkah Bisa Picu Gangguan Skizofrenia?
-
6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
-
Ramalan Zodiak 17 November 2025: Peluang, Cinta, Keberuntungan dan Keuangan Hari Ini
-
10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
-
Adu Pendidikan Gusti Purbaya vs KGPH Mangkubumi yang Berebut Tahta Raja Solo
-
Sunscreen Scora Cocok untuk Tipe Kulit Apa? Ini Kandungan dan Harganya
-
7 Sepatu Lokal Cocok Buat Karyawan WFA di Cafe Rp 100 Ribuan
-
5 Lip Crayon yang Praktis dan Nyaman Dipakai di Bibir, Mulai Rp17 Ribuan
-
7 Parfum Wangi Tahan Lebih dari 10 Jam untuk Anak Sekolah