Suara.com - Pameran seni kerap kali menampilkan hal menarik dari segi visual maupun tema. Namun di balik deretan karya seniman yang tersaji, ada proses panjang hingga dapat diapresiasi di ruang publik dan itu melibatkan peran seorang kurator seni.
Bagi Alia Swastika yang menjadi kurator seni, profesi tersebut memiliki tugas untuk menjadi jembatan antara proses produksi karya seni dengan apresiasi seni.
Wanita asal Yogyakarta ini dari dulu memang menyukai dunia seni rupa, khususnya seni kontemporer. Dari yang awalnya menjadi penikmat, ia kemudian melihat sisi menarik dari menjadi kurator seni.
Dengan menjadi kurator seni, ia bisa bertemu banyak seniman dan memasuki gagasan mereka yang tidak banyak orang tahu.
"Orang tahunya dateng, nonton pameran, karyanya udah jadi. Sementara kalo kurator kita memulai dari baru sketsa, karyanya belum jadi apa-apa sama seniman mengalami proses itu. Itu yang menurut saya menarik," ujarnya saat ditemui Dewiku.com di Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (24/10/2019) pekan kemarin.
Selain melihat seniman berproses, wanita berusia 39 tahun ini juga memperlihatkan sisi menarik lain di mana kurator seni juga harus mengenalkan karya-karya itu kepada publik.
"Menerangkan kepada publik sebenarnya karya ini maknanya apa, bagaimana memahami karya," tambahnya.
Wanita yang lahir pada 17 Agustus 1980 ini kemudian mengaku bahwa dia sebenarnya mengawali karier menjadi kurator seni dari ketidaksengajaan.
Alia bahkan tidak memiliki latar belakang pendidikan seni rupa sama sekali. Sebab, ia merupakan alumni Universitas Gajah Mada (UGM) jurusan Ilmu Komunikasi.
Baca Juga: Biennale Jogja 2019 Olah Sampah Plastik Jadi Karya Seni Bareng Siswa SLB
Namun bermodal kecintaan akan seni rupa dan senang mengunjungi pameran, ia tertarik untuk menindaklanjuti passion. Alia lalu mengawali karier menjadi penulis dan editor untuk sebuah majalah seni pada 2001.
"Dulu belum ada sekolah kuratorial atau manajemen seni, jadi kita masuk ke dunia seni lebih karena kecintaan. Saya senang nonton pameran waktu itu, kerja bertemu dengan seniman-seniman terus memutuskan, 'Oke aku ingin kerja di dunia seni'," terang Alia.
Dari sana, seni pun menjadi bagian dari hidupnya dan terus akan seperti itu. Sekarang Alia Swastika menikmati kesehariannya menjadi kurator seni. Ia kini juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Biennale Yogyakarta.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
Terkini
-
Sambut Natal dan Tahun Baru, Aryaduta Menteng Hadirkan Magical Festive Season
-
7 Rekomendasi Kado Hari Ibu, Spesial Peralatan Masak Estetik untuk Ibu Mertua
-
Bukan Tax On Location, Ini Arti Kata "Tol" yang Sebenarnya dan Sejarahnya di Indonesia
-
Resep Es Teler Creamy, Mudah Dibuat Sendiri di Rumah
-
Usia 50-an Sebaiknya Pakai Skincare Apa Saja? Ini Saran Dokter Kulit agar Awet Muda
-
Perangkat Rumah Tangga Pintar Kian Diminati Generasi Urban yang Serba Praktis di 2025
-
25 Desain Kartu Ucapan Natal dan Tahun Baru Kekinian, Bisa Diedit dan Download Gratis
-
6 Macam Serum untuk Usia 50 Tahun, Bantu Atasi Tanda Penuaan
-
5 Rekomendasi Antiperspirant untuk Pekerja Kantoran, Ampuh Atasi Keringat dan Bau Badan
-
Upaya Pemuda Pantai Baros Jaga Ekosistem Pesisir dari Ancaman Abrasi