Suara.com - Tampilkan Seni Performans, Melati Suryodarmo Enggan Didikte Isu Terkini
Isu-isu hangat mengenai sosial, politik, hingga humaniora seringkali menjadi inspirasi para seniman dalam berkarya. Bukan hanya sekadar menggaet penikmat seni, lewat karyanya para seniman juga turut menyelipkan kritik sosial.
Namun apa yang dilakukan seniman kontemporer Melati Suryodarmo justru berbeda. Ia enggan didikte tren isu saat membuat karya seni performans.
Melati mengaku bahwa dirinya tidak gamblang merespon isu hangat yang terjadi di publik lewat karya seninya.
"Saya tidak mau dianggap tidak fair dalam seni performans yang merespon isu politik dan sosial," kata Melati ditemui di Museum MACAN, Kebayoran, Jakarta Selatan, Rabu (26/2/2020).
Meski begitu, Melati menegaskan bahwa sebenarnya kebanyakan karya yang ia buat berbasis politis. Hal itu tidak lepas latar belakang pendidikannya yang merupakan lulusan Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Padjadjaran.
"Bukannya saya gak peduli. Karya saya sebagian besar sangat berbasis politis, melakukan riset yang lama. Dan mungkin karena pendidikan saya sosial politik, struktur pikiran saya terbangun," ucapnya.
Daripada fokus terhadap peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, Melati lebih tertarik untuk mengangkat sisi manusia dalam karyanya. Ia mencontohkan seperti isu kegaduhan politik yang terjadi.
"Sebenarnya kalau paham terhadap kekacauan politik, sebenarnya apa yang bikin ruwet? Apa duitnya? Apa partai? Apa orang yang ada di dalam partai? Apa yang mereka cari? Oh ternyata hasrat. Kemudian saya mencari itu ada apa dengan hasrat manusia," jelasnya.
Baca Juga: Dunia Dalam Berita di Museum Macan Tampilkan Wajah Reformasi Indonesia
Dalam setiap karya seni performans sebenarnya ada narasi politik yang dibangun, kata Melati. Seni performans juga bisa dilihat sebagai platform untuk melihat sesuatu.
Meski begitu, Melati enggan menyelipkan makna spesifik pada setiap karyanya.
"Jadi karya saya tidak mendikte. Saya menghindari slogan-slogan. Saya sangat memperhitungkan bahwa publik memiliki ruang persepsi masing-masing," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Menilik Jabatan Rizky Irmansyah, Ikut Turun Tangan Kasus Wali Kota Prabumulih
-
Di Balik Kontroversi Ijazah Gibran Rakabuming Raka, Ini Profil Kampus MDIS Singapura
-
Gak Pake Mahal! 5 Rekomendasi Bedak Gatal Anti Jamur Mengandung Salicylic Acid
-
5 Urutan Skincare Malam dari Wardah untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Mulai Rp40 Ribuan
-
5 Fakta Menarik M Qodari, Penggagas Jokowi 3 Periode Kini Jadi Kepala Staf Kepresidenan Prabowo
-
7 Rekomendasi Skincare Pria Alfamart yang Efektif Mengatasi Wajah Kusam
-
Adu Kekayaan Hendrar Prihadi dan Sarah Sadiqa: Mantan vs Kepala LKPP Baru
-
Ajang Manhattan Photo Competition 2025 Umumkan Para Fotografer Terbaik
-
Profil Khaby Lame: Dari Pekerja Pabrik ke Bintang TikTok Dunia
-
Sering Dibilang Redflag, Ini 5 Sifat Unik Gemini yang Bikin Penasaran