Suara.com - Ancaman resesi masih terus membayangi Indonesia, setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2020 minus 4,19 persen.
Dampak resesi sendiri bisa beragam, mulai dari pemutusan hubungan kerja (PHK), kehilangan pendapatan, hingga kredit macet.
Meski mungkin dampak di atas belum Anda rasakan, tapi tak ada salahnya kita mulai melakukan berbagai persiapan untuk mengamankan kondisi keuangan. Apa saja?
1. Lakukan financial check up
Selayaknya medical check up yang memeriksa seluruh tubuh, maka financial check up ini bertujuan memeriksa seluruh pemasukan dan pengeluaran per bulannya.
Dari sini kita bisa tahu apa saja pengeluaran yang dirasa tidak penting, lalu bisa dialihfungsikan untuk dana yang lebih penting, seperti dana darurat dan dana proteksi seperti asuransi.
"Financial check up biar kita tahu kondisi keuangan kita saat ini seperti apa. Sehingga dari sana kita bisa melakukan perombakan sistem budgeting kita, otomatis berbeda sebelum ada pandemi, dengan saat setelah ada pandemi," ujar Perencanaan Keuangan Rista Zwestika, S.Sos, AWP, CFP saat berbincang dengan suara.com, Kamis (3/9/2020).
2. Siapkan dana daruat
Di masa pandemi ini, semakin banyak perencana keuangan yang menggaungkan pentingnya dana darurat. Dana darurat adalah dana yang bisa membantu untuk menyambung hidup di saat tidak ada pemasukan sama sekali.
Baca Juga: Jokowi Ingatkan Punya Waktu Sebulan Lagi Buat Selamat dari Ancaman Resesi
"Kalau ada pengeluaran yang tidak terlalu penting, bisa dikurangi atau bisa dihilangkan, masukin ke dalam dana darurat," terang Rista.
Adapun jumlah minimal dana darurat yaitu 6 kali dari pengeluaran atau pendapatan per bulan untuk yang masih singel atau belum menikah. Tapi jika sudah menikah tapi belum memiliki anak, minimal 9 kali dari pengeluaran atau pemasukan.
"Kemudian kalau sudah punya putra-putri adalah 12 kali (pengeluaran dan pendapatan). Tapi dana darurat ini fleksibel, kalau 12 bulan nggak cukup, ya silahkan aja. Jadi tergantung melihat budgetnya," papar Rista.
3. Siapkan proteksi diri
Jangan sampai kita kalang kabut saat pemasukan sudah tidak ada, tapi dana simpanan tergerus oleh pengobatan karena sakit. Itulah pentingnya, kata Rista, mempersiapkan dana untuk proteksi diri, seperti asuransi kesehatan, BPJS Kesehatan, atau asuransi swasta.
Termasuk asuransi pendidikan untuk masa depan anak, jangan sampai anak putus sekolah karena orangtua yang sakit atau orangtuanya terkena PHK, lalu tidak bisa membiayai. Jadi, persiapkan semuanya dari sekarang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
Pilihan
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
Terkini
-
10 Universitas Swasta Terbaik di Jateng dan DI Yogyakarta
-
Jadwal Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) untuk Guru dan Calon Guru, Simak Syaratnya
-
Beda Pendidikan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa dan Sang Istri Ida Yulidina yang Mantan Model
-
Berani Punya Passion: Gilang Juragan 99 Berani Bawa Skincare Pria ke Arena Balap
-
Oktober Ada Tanggal Merah? Ini Sisa Libur dan Cuti Bersama 2025
-
7 Physical Sunscreen Terbaik untuk Kulit Usia di Atas 40 Tahun
-
5 Sunscreen Mengandung Salicylic Acid untuk Kulit Berjerawat, Harga Terjangkau
-
8 Cara Cek Sepatu Adidas Adizero Evo SL Ori dan KW, Awas Salah Beli!
-
Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026, Banyak Long Weekend
-
Mengintip Pameran Seni UNFOLD: Saat Furnitur Jadi Seni dan Identitas Lokal