Suara.com - Ibu dipercaya memiliki peran laiknya bendahara dalam keluarga. Ibu dianggap mampu mengatur pemasukan dan pengeluaran agar semua kebutuhan keluarga terpenuhi termasuk biaya pendidikan anak.
Tapi tidak sedikit juga ibu yang belum paham dan tahu bagaimana mempersiapkan dana pendidikan untuk anak di kemudian hari.
Financial Trainer QM Financial, Fransisca Emi mengatakan meski anak belum masuk sekolah, idealnya orangtua harus sudah menghitung dana pendidikan untuk anak.
Konsep yang bisa diterapkan dalam menetapkan tujuan finansial pendidikan, adalah judul, jangka waktu dan nilai. Judulnya adalah dana pendidikan uang pangkal sekolah, jangka waktu pendek, menengah, atau panjang. Sedangkan nilai bisa berupa inflasi kenaikan biaya uang pangkal.
Misalnya, untuk biaya pangkal sekolah anak yang akan masuk sekolah tiga tahun lagi.
Apabila saat ini uang pangkal di sekolah yang bakal dituju anak sebesar Rp 20 juta, maka setelah tiga tahun akan ada inflasi kenaikan uang pangkal yang harus diperhatikan orangtua.
"Inflasi dana pendidikan itu lebih tinggi dibanding dana umum. Kalau sempat survei sekolah incaran impian anak, coba dicek angka inflasinya berapa," ujar Fransisca dalam acara Squad Online, Selasa (23/9/2020).
Dana itu baru untuk satu anak di satu jenjang sekolah, belum termasuk SMP, SMA, dan S1.
Maka perkiraan kenaikan dalam tiga tahun bisa delapan persen, yang artinya tiga tahun mendatang, biaya uang pangkal dari yang Rp 20 juta berubah menjadi Rp 25 juta.
Baca Juga: Cara Cek Bantuan Kuota Kemendikbud, untuk Pengguna Telkomsel, Tri, XL, Axis
"Kalau kita hitung nilai sekarang, uang pangkal Rp 20 juta, asumsi inflasi delapan persen, tiga tahun lagi uang pangkal Rp 25 juta yang perlu disiapkan," jelasnya.
Perhitungkan pula jangka waktu uang yang akan dibayarkan apakah jangka pendek dibutuhkan dalam waktu kurang dari lima tahun, jangka menengah lima hingga 10 tahun, jangka panjang 10 hingga 15 tahun dan jangka lebih panjang di atas 15 tahun.
Jangka waktu penggunaan dana ini bisa diinvestasikan dalam bentuk usaha, emas, tanah dan sebagainya. Apabila dana digunakan dalam jangka pendek maka investasikan dana dengan risiko rendah.
"Semakin tinggi risikonya, maka dana yang digunakan harus yang berjangka panjang agar memberikan waktu untuk bersiap apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
-
Hasil Liga Champions: Kalahkan Bayern Muenchen, Arsenal Kokoh di Puncak Klasemen
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
Terkini
-
Digital Jadi Senjata Utama, Mengubah Cara Anak Muda Memilih Rumah
-
5 Cara Bikin Usaha Kuliner Makin Moncer: Branding Sampai Pengiriman Super Cepat
-
5 Lipstik Transferproof Wardah untuk Berbagai Acara, Tahan Lama Meski Dipakai Seharian
-
Apa yang Harus Dilakukan Bila Terjadi Gempa? Ini Panduan Lengkap agar Tetap Aman
-
5 Sifat Red Flag Zodiak Gemini, Pantes Alyssa Daguise Bersyukur Anaknya Kelak Bukan Gemini!
-
Promo Indomaret 27 November - 10 Desember 2025, Cek Daftar Diskonnya di Sini!
-
5 Pensil Alis Anti Luntur, Ada yang Wudhu Friendly untuk Muslimah
-
Biaya Hidup Melonjak, Mengapa Bantuan Living Cost Penting bagi Mahasiswa di Yogyakarta?
-
Kejutan Kuliner: Siapa yang Menguasai Daftar Restoran Terbaik 2025?
-
5 Body Lotion Saset yang Mencerahkan, Praktis Dibawa Kerja dan Traveling