-
Burhanuddin kritik janji ekonomi Menkeu Purbaya yang dinilai terlalu ambisius.
-
Target pertumbuhan 6% disebut mudah diukur tapi berisiko tinggi jika gagal.
-
Purbaya tetap optimistis ekonomi 2026 melesat dan defisit fiskal terjaga.
Suara.com - Founder dan Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menyoroti rangkaian janji ambisius yang disampaikan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa terkait pencapaian berbagai indikator ekonomi nasional dalam waktu singkat.
Burhanuddin menilai target-target tersebut, khususnya ambisi pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen pada 2026 tergolong sangat tinggi dan tidak realistis.
Menurutnya, janji ekonomi yang mudah diukur publik justru berpotensi menjadi bumerang bagi sang menteri apabila gagal diwujudkan.
“Pak Purbaya ini KPI-nya jelas untuk diukur, apalagi janji-janjinya kan tinggi. Dalam berapa bulan pertumbuhan ekonomi 6 persen itu mudah sekali dilihat,” ujar Burhanuddin dalam acara CORE Economic Outlook 2026 di Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Ia menegaskan bahwa seorang menteri dengan indikator kinerja yang mudah dipantau publik menghadapi risiko reputasi yang besar.
“Itu bisa sangat bahaya kalau yang dijanjikan tidak tercapai, dan most likely tidak tercapai kalau kita mendengar berbagai proyeksi,” tambahnya.
Sebelumnya, Menkeu Purbaya menyampaikan keyakinan bahwa ekonomi Indonesia mampu tumbuh hingga 6 persen pada 2026. Ia menilai sejumlah perubahan kebijakan telah mulai memperlihatkan dampak positif, dan pertumbuhan ekonomi diyakini akan merangkak naik mulai akhir 2025.
“Tahun depan saya perkirakan lebih cepat lagi, mungkin di sekitar 6 persen. Kalau kebijakan sekarang terus dijalankan dengan baik, kita ada di arah yang benar,” ujar Purbaya di Jakarta, Minggu (16/11).
Bahkan, Purbaya memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2025 bisa mencapai 5,6–5,7 persen, melampaui proyeksi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. Ia juga menegaskan bahwa kondisi fiskal tetap terjaga, dengan defisit yang dipastikan berada di bawah batas 3 persen.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Puji Bahlil: Cepat Ambil Keputusan, Saya Ikut
“Defisitnya masih aman, kita jaga di bawah 3 persen, jadi enggak usah takut saya melanggar prinsip kehati-hatian pengelolaan fiskal,” katanya.
Meski demikian, pengamat menilai bahwa komunikasi publik Purbaya perlu lebih hati-hati agar tidak menciptakan ekspektasi yang sulit dipenuhi dan berpotensi menimbulkan dampak politik maupun ekonomi di kemudian hari.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
Terkini
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Shell Akan Kembali Garap 5 Blok Migas Indonesia
-
Dukung Asta Cita, BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif lewat Penyaluran KUR Senilai Rp147,2 Triliun
-
Impor Pertalite Capai 60 persen dari Kebutuhan 39 Juta kl per Tahun
-
Apindo Nilai Janji 19 Juta Lapangan Kerja dari Prabowo Tidak Realistis
-
CORE: Ekonomi Indonesia 2026 Resilien, Tapi Akselerasi Tertahan
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
Menkeu Purbaya Puji Bahlil: Cepat Ambil Keputusan, Saya Ikut
-
Pengusaha Kakao Lokal Minta Insentif ke Pemerintah, Suku Bunga Bisa Tembus 12%
-
7 Kontroversi Bandara Morowali: Diresmikan Jokowi, Punya 'Kedaulatan' Sendiri?