Suara.com - Pandemi COVID-19 membatasi pergerakan masyarakat dengan melarang perkumpulan di tempat umum.
Namun, larangan tersebut tidak menyurutkan semangat ribuan warga Ambon dan sekitarnya untuk menggelar tradisi Mandi Safar di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Rabu (6/10/2021) lalu.
Salah satu lokasi yang ramai saat Mandi Safar adalah Negeri (Desa) Hitu. Masyarakat setempat secara turun-temurun melaksanakan tradisi Mandi Safar setiap tahun, meski saat pandemi COVID-19.
Ribuan warga baik itu laki-laki maupun perempuan, orang tua maupun orang muda, serta pendatang dari desa-desa sekitar maupun dari kota Ambon turut serta dan turun ke Pantai Hitu.
"Prosesi (Mandi Safar-Red) ini bersamaan dengan masuk atau siarnya agama Islam, dan sudah dilakukan juga di tahun lalu. Kita berupaya meneruskan dari datu-datu atau orang tua kami," kata Raja Negeri Hitu Salhana Pelu, dikutip dari ANTARA.
Mandi Safar telah menjadi tradisi sejak ratusan tahun silam di sebagian besar daerah di Indonesia yang merupakan negara mayoritas muslim.
Namun, di Maluku terutama di daerah "jazirah" Leihitu, Mandi Safar tetap digelar dan meskipun saat pandemi pada puncaknya di tahun 2020.
Mandi Safar di Leihitu digelar pada hari Rabu terakhir di Bulan Safar dalam hitungan tahun hijriah yang jatuh pada 6 Oktober 2021.
Ia mengatakan, tradisi Mandi Safar kali ini tidak ada bedanya dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, dalam acara ini, semua warga berbondong-bondong turun ke pantai untuk mandi di air laut yang sudah didoakan.
Baca Juga: LENGKAP Penjelasan Tradisi Rabo Wekasan, Tujuan dan Hukum Melaksanakannya
"Tidak ada bedanya sebelum covid dan pada saat covid, suasananya tetap seperti ini. Dan itulah harapan masyarakat juga, melalui tokoh adat, tokoh agama, kita bisa mendoakan agar terlepas dari wabah," tuturnya.
Ia menjelaskan, kegiatan mandi Safar dilakukan untuk upaya spiritual ke arah pendekatan diri kepada Allah SWT yang dilakukan warganya. Selain itu juga merefleksikan sejarah syiar agama Islam di negeri Hitu, serta meminta perlindungan agar terhindar dari wabah penyakit yang berbahaya termasuk COVID-19.
"Tujuannya hanya merefleksikan kejadian yang terjadi di masa lampau. Dan sebenarnya Mandi Safar di tempat lain juga ada. Tetapi sesungguhnya makna Mandi Safar pada Rabu akhir bulan Safar itu untuk menghindarkan kami warga Hitu khususnya dan warga pulau Ambon agar terhindar dari segala macam wabah termasuk wabah COVID-19," ucapnya.
Ia menjelaskan dengan memanjatkan doa yang dilakukan saat matahari terbenam, diharapkan agar tenggelamnya matahari diikuti tenggelamnya segala masalah dan penyakit, serta dapat membawa masyarakat terhindar dari segala marabahaya, dan wabah.
"Wabah ini kan bukan hanya kejadian pada masa lampau, masa sekarang, tapi wabah ini bisa terjadi kapan saja. Semoga dengan doa tadi, masyarakat Hitu ikut terhindar dari wabah-wabah yang ada termasuk COVID-19," pungkasnya.
Kegiatan Mandi Safar terlihat dikawal oleh sejumlah aparat kepolisian dan tentara untuk waspada terjadinya konflik serta hal-hal yang tidak diinginkan.
Berita Terkait
-
Sayap VV Katwijk, Valentijn Zandbergen: Darah Indonesia Mengalir, Saya Keturunan Ambon
-
Valentijn Zandbergen, Winger Keturunan Ambon Punya Statistik Moncer, Bakal Dilirik PSSI?
-
1159 Tahun Merti Ngupit, Warga Klaten Menjawab Krisis Air dengan Tradisi
-
Pemprov DKI Bakal Ganti Nama Kampung Ambon dan Bahari, Stigma Negatif Sarang Narkoba Bisa Hilang?
-
Alasan Presiden Mahasiswa UIN A.M. Sangadji Ambon Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Menu Sarapan Rendah Gula yang Cocok untuk Program Diet Harianmu: Praktis, Kenyang Lebih Lama
-
Siswi SMA Cetak Prestasi Nasional Lewat Riset Biolarvasida dari Limbah Dapur
-
Finansial Serba Digital: Praktis Buat Urban, Tantangan Buat Indonesia
-
Skin Booster Bakal Jadi Tren Perawatan Kulit Natural yang Paling Dicari
-
5 Ide Kado Hari Guru Nasional 2025, Sederhana tapi Berkesan
-
5 Cushion yang Bagus untuk Usia 40-an, Garis Halus dan Flek Hitam Tersamarkan
-
5 Cushion dengan SPF 50 untuk Aktivitas Outdoor, Lindungi dari Sinar UV
-
Program Penanaman 1.000 Pohon Gaharu Dorong Ekosistem Industri Berbasis Keberlanjutan
-
7 Rekomendasi Serum Retinol untuk Usia 50 Tahun, Samarkan Tanda Penuaan
-
7 Sunscreen untuk Flek Hitam Usia 70 Tahun ke Atas, Rawat Kulit Tipis