Suara.com - Tanpa aksi nyata, laut mungkin akan menyerah kalah dari sampah plastik, karena beragam spesies terlanjur menelan sampah plastik lalu meregang nyawa. Sebuah aksi nyata dilakukan sebuat produk kecantikan dengan merilis produk dengan kemasan refill yang lebih ramah lingkungan.
Bhumi Skincare membuat kemasan isi ulang yang ramah lingkungan karena melihat isu lingkungan yang sedang marak dan sampah plastik yang terus bertambah setiap tahun.
"Indonesia sendiri menghasilkan 33 juta ton sampah setiap tahun, dan rata-rata merupakan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang secara alami,” kata Ahmad Rashed, pemilik Bhumi Skincare.
Daripada bekerja sama dengan perusahaan pengelolaan sampah, Ahmad memilih mencari solusi langsung pada akar masalahnya. Dalam proses pengembangan produk kecantikan refill pack, ia memikirkan cara agar konsumen bisa mendapatkan manfaat produk kecantikan, tanpa menimbulkan masalah baru, yaitu sampah plastik.
Hingga kemudian Bhumi Skincare membuat inovasi refill pack yang kemasannya biodegradable dan sustainable, yang terbuat dari craft paper dan membuat kemasan refill pack tersebut akan terurai secara alami dengan cepat dan mudah.
"Di dalam kemasan juga tidak terdapat lapisan plastik sama sekali. Kami juga memastikan bahwa kemasan itu compatible dengan moisturizer yang kami produksi. Refill pack ini merupakan aksi konkret kami dalam melawan isu lingkungan terkait sampah plastik,” kata Ahmad, yang berharap inovasi ini juga bisa diterapkan pada produk kecantikan lain, seperti face oil.
Beauty enthusiast Poppy Septia mengungkapkan, para beauty enthusiast juga menyadari bahwa produk kecantikan menghasilkan banyak sampah. Karena itu, mereka berusaha memakai produk kecantikan yang ramah lingkungan.
Misalnya, menggunakan cleansing oil yang aplikasinya tidak memerlukan kapas. Selain itu, ia sendiri juga mengumpulkan berbagai kemasan kecantikan yang sudah kosong, lalu mengirimnya ke bank sampah yang menerima plastik dan kaca.
Bagi Poppy, refill pack yang dirilis oleh Bhumi Skincare juga ramah bagi dompet, sekalipun kemasannya dibuat dari craft paper khusus. Menariknya, ia juga menilai kemasan tersebut sangat hemat tempat karena slim dan juga travel friendly karena bisa dimasukkan ke dalam pouch kecil.
“Kemasan ini juga higienis, karena ada tutup yang mengunci. Kalaupun tidak punya jar lama, kita bisa langsung pakai produk dari kemasan isi ulangnya,” katanya lagi, mengutip siaran tertulis.
Baca Juga: Lestarikan Laut, Yuk Tukar Botol Plastik Bekas Minyak Ikan dengan Voucher Vitamin
Aksi Bhumi Skincare tak hanya didukung oleh para beauty enthusiast. Indonesia Biru Foundation, organisasi independen yang bergerak dalam peningkatan literasi kelautan bagi masyarakat juga mengingatkan tentang pentingnya pengurangan sampah plastik.
Pada 2019 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa Indonesia berada dalam situasi darurat sampah plastik, di mana Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia, yaitu sekitar 3,5 juta ton per tahun.
Andre Saputra, pendiri Indonesia Biru Foundation mengungkapkan bahwa sampah yang kita hasilkan masih jauh lebih besar daripada kapasitas pengolahan sampah. Artinya, masih banyak sampah yang tidak dikelola dengan tepat.
Sampah plastik yang tidak dikelola dengan benar kemungkinan besar akan terbawa sampai ke pantai dan laut. Untuk daerah yang mengandalkan wisata pantai, sampah ini akan merusak pemandangan. Dampaknya, lokasi wisata yang seharusnya cantik dan bersih tak lagi menarik untuk dikunjungi.
Namun, ada dampak dari sampah plastik yang sangat mengganggu kehidupan hewan-hewan di bawah laut. Andre bercerita, di bawah laut kantong plastik itu terlihat seperti ubur-ubur, yang menjadi makanan penyu. Tapi, karena tidak bisa membedakan antara plastik dan ubur-ubur, maka penyu memakan plastik tersebut, sehingga kemudian banyak yang mati.
“Ketika diautopsi, di dalam perutnya ditemukan banyak plastik. Hal yang sama terjadi pada biota laut yang besar, seperti paus. Apa pun yang ditangkap oleh mulutnya akan masuk ke perut, termasuk sampah plastik. Inilah kenapa banyak paus yang mati dan kemudian terdampar di pantai,” kata Andre.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
5 Sepatu dengan Desain Klasik dan Timeless, Nyaman Maksimal untuk Jalan Kaki
-
5 Bentuk Kacamata yang Cocok untuk Wajah Bulat, Bikin Lebih Tirus dan Tegas
-
Cuma Rp25 Ribuan, 7 Pilihan Lipstik Purbasari untuk Usia 40 Tahun dengan Kulit Sawo Matang
-
Pure Paw Paw untuk Apa Saja? Lebih dari Sekadar Pelembap Bibir, Ini 7 Manfaat Ajaibnya
-
6 Produk Anti Aging Sariayu agar Kulit Kencang dan Cerah, Cocok untuk 40 Tahun ke Atas
-
Urutan 12 Zodiak Paling Rawan Selingkuh, Siapa yang Hobi Permainkan Hati?
-
Apakah Tinted Sunscreen Bisa Memudarkan Flek Hitam? Cek 5 Pilihan yang Murah dan Bagus
-
Sosok Zohran Mamdani, Wali Kota Termuda dan Muslim Pertama dalam Sejarah New York
-
5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
-
Profil dan Pendidikan Gusti Purbaya, Kukuhkan Diri sebagai Raja Baru Keraton Solo di Usia 22 Tahun