Suara.com - Publik media sosial tengah diramaikan oleh sebuah potongan ceramah Oki Setiana Dewi yang dianggap menormalkan KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga. Dalam cuplikan video yang viral tersebut, dikatakan bahwa istri yang ditampar suami disebut sebagai aib. Sehingga, tidak perlu diceritakan kepada orang lain, bahkan disarankan tidak mengadu ke orangtuanya.
Harus diakui, KDRT masih merupakan masalah yang banyak ditemui. Sebagian besar korbannya adalah perempuan, meski tak menampik bahwa KDRT juga bisa dialami oleh lelaki.
Menanggapi potongan video yang viral tersebut, Suara,com menghubungi Psikolog Klinis Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si pada Kamis (3/2/2022), untuk meminta pendapat apa dampak jika memang KDRT dianggap sebagai aib dan harus ditutupi.
"Dia (istri) jadi semakin rentan terus mengalami KDRT. Bisa karena suami merasa aman untuk melakukannya, atau karena istri tidak paham cara menghentikannya. Tapi, semakin terjebak dalam lingkaran KDRT, ini akan semakin parah,” ungkap psikolog yang akran disapa Nina itu.
KDRT dapat berdampak pada kesehatan mental perempuan. Dan tak hanya itu, kesehatan mental seluruh keluarga juga bisa ikut memburuk, termasuk anaknya.
“Karena anggota keluarga saling memengaruhi satu sama lain, maka jika ada anak-anak dalam keluarga itu, mereka rentan mengalami kesehatan mental yang memburuk,” lanjutnya.
“Contohnya prestasi menurun, temperamental, kesulitan bergaul, dan lain-lain. Artinya, kalau kita membiarkan KDRT terus terjadi dalam keluarga kita, sesungguhnya kita juga meningkatkan risiko negatif bagi anak-anak kita,” tutur Nina.
Meski begitu, Nina tak menampik bahwa masih ada anggapan di mansayarakat bahwa KDRT merupakan aib. Hal inilah yang menjadikan perempuan sulit untuk bicara soal kekerasan yang dialaminya.
“Kalau istri menganggap aib dan kemudian malu cerita kepada siapapun, berarti iya, mungkin ia jadi sulit speak up terhadap KDRT,” ungkapnya.
Baca Juga: Mengenal KDRT, Bentuk Kekerasan Paling Banyak Terjadi Tapi Dianggap Aib Oki Setiana Dewi
“Dan ini yang kadang dilupakan, ketika pikiran semata-mata hanya menjaga nama baik keluarga. Artinya, tetaplah meminta bantuan orang lain, termasuk profesional kesehatan mental,” tutup Nina.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Dari Hobi Jadi Profesi: Cara Wonder Voice of Indonesia Cetak Talenta Voice Over Profesional
-
Catat, Ini 7 Titik Tubuh yang Perlu Disemprot Parfum agar Wangi Seharian
-
Specs Coanda vs Ortuseight Hyperblast 2.0, Duel Sepatu Lari Lokal Rekomendasi Dokter Tirta
-
Kalender Jawa 28 Oktober 2025 Selasa Pon: Mengungkap Sifat dan Peruntungan Weton Lainnya
-
5 Cushion Minim Oksidasi dan Cocok untuk Kulit Berminyak, Bye-Bye Wajah Kusam!
-
Bikin Negara Minta Maaf, Siapa MC Radio Televisyen Malaysia yang Salah sebut Prabowo jadi Jokowi?
-
Pendidikan Humaniora Digital: Menjaga Keseimbangan Teknologi dan Nilai Kemanusiaan di Era Modern
-
7 Matcha Powder Terbaik untuk Bikin Latte di Rumah: Rasa Lezat, Lebih Hemat
-
Terinspirasi dari Ruang Ganti Atlet Tenis, Lacoste Ubah Runway Jadi Panggung Atletik yang Elegan
-
Biodata dan Agama Rinaldi Nurpratama, Kakak Raisa Punya Karier Mentereng