Suara.com - Ustaz Adi Hidayat menjadi sorotan usai menyebut pahlawan Kapitan Pattimura beragama islam dan bernama asli Ahmad Lussy, bukan Thomas Matulessy.
Potongan video ceramah ustaz Adi Hidayat viral di Twitter, yang menyebutkan bahwa identitas sesungguhnya Kapitan Pattimura adalah seorang kyai dan pemimpin pondok pesantren, dan berjuang melawan penjajah di Indonesia.
"Di uang 1.000 itu ada gambar Kapitan Pattimura. Siapa nama aslinya? Thomas Matulessy. Lihat baik-baik, banyak orang berusaha menyebut Thomas Matulessy, kami berusaha mencari dan melihat pakar sejarah dikumpulkan, ternyata nama aslinya Pattimura itu bukan Thomas Matulessy, tapi Ahmad Lussy," ujar ustaz Adi Hidayat dalam potongan video tersebut dikutip suara.com, Selasa (5/7/2022).
Sementara itu mengutip situs resmi Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kemendikbud Ristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi), Kapitan Pattimura adalah Pahlawan nasional Indonesia dari Maluku.
Pattimura lahir di Haria, Saparua, Maluku Tengah pada 8 Juni 1783 dari keluarga Matulessy. Ayahnya Pattimura adalah Frans Matulessy dan ibunya bernama Fransina Silahoi. Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarir dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris.
Cara Pattimura Melawan Penjajah di Maluku
Nama Pattimura dikenal karena memimpin perlawanan rakyat Maluku melawan Belanda melalui perang Pattimura.
Pattimura sangat berperan besar melakukan perlawanan fase kedua pendudukan Inggris di Maluku pada 1810 hingga 1817. Tapi penjajahan tidak usai karena setelah Inggris, Belanda kembali menguasai wilayah Maluku.
Rakyat Maluku kemudian menolak tegas kedatangan Belanda dengan membuat Proklamasi Haria dan Keberatan Hatawano. Menariknya ternyata Proklamasi Haria ini disusun oleh Pattimura.
Baca Juga: Gus Miftah Tanya Sejak Kapan Rendang Punya Agama, Ustaz Adi Hidayat Beri Jawaban Soal Adat Minang
Ketika pemerintah Belanda mulai melaksanakan kekuasaannya melalui Gubernur Van Middelkoop clan Residen Saparua Johannes Rudolf van der Berg, pecahlah perlawanan bersenjata rakyat Maluku.
Diadakan musyawarah dan konsolidasi kekuatan dimana pada forum-forum tersebut menyetujui Pattimura sebagai kapten besar yang memimpin perjuangan.
Pada tanggal 7 Mei 1817 dalam rapat umum di Baileu negeri Haria, Pattimura dikukuhkan dalam upacara adat sebagai Kapitan Besar.
Setelah dilantik sebagai kapten, Pattimura memilih beberapa orang pembantunya yang juga berjiwa ksatria, yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.
Pattimura bersama Philips Latumahina dan Lucas Selano melakukan penyerbuan ke benteng Duurstede.
Berita tentang jatuhnya benteng Duurstede ke tangan pasukan Pattimura dan pemusnahan orang-orang Belanda, menggoncangkan dan membingungkan pemerintah Belanda di kota Ambon.
Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetjes. Ekspedisi tersebut kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes.
Taktik Perang Pattimura Melawan Tentara Belanda
Pattimura mengetahui rencana serangan dari penjajah Belanda tersebut, sehingga dengan segera ia mengatur taktik dan strategi pertempuran.
Pasukan rakyat sekitar seribu orang diatur dalam pertahanan sepanjang pesisir mulai dari teluk Haria, sampai ke teluk Saparua. Pattimura bersama pasukannya berhasil mengalahkan Beetjes dan tentaranya.
Pada tanggal 20 Mei 1817 diadakan rapat raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan nama Proklamasi Portho Haria yang berisi 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut.
Proklamasi ini membangkitkan semangat juang yang mendorong tumbuhnya front-front pertempuran di berbagai tempat bahkan sampai ke Maluku Utara.
Serangan Licik Belanda Menjatuhkan Pattimura
Pada tanggal 4 Juli 1817 sebuah armada kuat dipimpin Overste de Groot menuju Saparua dengan tugas menjalankan vandalisme. Seluruh negeri di jazirah Hatawano dibumi hanguskan.
Siasat berunding, serang mendadak, aksi vandalisme, dan adu domba dijalankan silih berganti. Belanda juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap Pattimura dan para pembantunya.
Pada tanggal 11 November 181 7 dengan didampingi beberapa orang pengkhianat, Letnan Pietersen berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina.
Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon.
Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia. Pahlawan Nasional Indonesia.
Siasat berunding, serang mendadak, aksi vandalisme, dan adu domba dijalankan silih berganti. Belanda juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap Pattimura dan para pembantunya.
Pada tanggal 11 November 181 7 dengan didampingi beberapa orang pengkhianat, Letnan Pietersen berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina.
Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon.
Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia. Pahlawan Nasional Indonesia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Sinopsis Film Becoming Human, Ini Alasan Menang Golden Hanoman JAFF 2025
-
Kesuksesan JAFF 2025: Tayangkan 227 Film dari 43 Negara, Becoming Human Menang Golden Hanoman
-
Unik, Ini Dia Festival Bakso Legendaris Pertama dari Penjuru Nusantara
-
Alasan Hunian Berkonsep Hijau Kian Jadi Favorit di Tengah Kota
-
5 Rekomendasi Sepatu Pantofel untuk Cowok Berkelas: Formal nan Stylish!
-
Magical Christmas di 69 Mal: Destinasi Wajib Keluarga untuk Ciptakan Momen Natal Tak Terlupakan
-
5 Rekomendasi Sepatu Pantofel Wanita Kalem, Stylish, tapi Profesional: Harga Terjangkau!
-
6 Bedak Tabur yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Formulanya Menyerap Minyak
-
5 Sabun Cuci Muka Mengandung Vitamin C untuk Mencerahkan Wajah
-
5 Rekomendasi Skin Tint Non Comedogenic Mulai Rp40 Ribuan, Wajah Flawless Bebas Jerawat