Suara.com - Procter & Gamble (P&G) Indonesia bersama mitranya, Habitat for Humanity Indonesia (Habitat) kembali hadir dengan program ‘Making a House a Home’ tahun ke-7, dimana program ini juga dilaksanakan di beberapa negara lain dimana P&G beroperasi.
Sebelumnya, program tersebut telah merenovasi 77 bangunan rumah dan warung agar lebih layak huni, mulai dari wilayah Jawa Barat, Jawa Timur hingga Sulawesi Tengah.
Dalam beberapa tahun terakhir, program ‘Making a House a Home’ telah berimprovisasi sehingga dapat memberikan dampak yang lebih luas, yakni dengan tidak hanya merenovasi fisik rumah, namun juga turut menggerakkan perekonomian lokal dengan memberdayakan pemilik usaha mikro, khususnya perempuan.
Tahun ini, P&G dan Habitat for Humanity Indonesia bergotong-royong merenovasi rumah dan warung milik warga Desa Wanakerta, Karawang, Jawa Barat.
Program ‘Making a House a Home’ tidak hanya merenovasi rumah menjadi tempat hunian yang lebih layak, tetapi juga merevitalisasi warung/tempat usaha yang menyatu dengan rumah, serta memberikan pelatihan soft-skill seperti literasi finansial, perencanaan keuangan, dan lain-lain, kepada pemilik usaha rumahan, sehingga dapat mengembangkan usaha dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya, terutama pada masa pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
"Programnya ini menyasar kalangan ibu rumah tangga yang menjalankan usaha dari rumah yang membutuhkan bantuan," kata Senior Manager Corporate Communications and Community Impact Leader, P&G Indonesia, Simon Sibarani dalam Media Briefing P&G dan Habitat for Humanity: Making a House a Home di Desa Wanakerja, Karawang, Jawa Barat, Jumat (26/5/2023).
Selain itu, tambah dia, perusahaannya juga menyerahkan dukungan berupa produk-produknya yang dapat digunakan kembali oleh para pemilik warung untuk mendukung usaha mereka.
“Kami menyadari bahwa bangunan yang layak huni adalah salah satu faktor penentu tingkat kesehatan, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat, terutama pasca pandemi Covid-19. Selain persoalan tempat hunian, kami juga menyadari masih banyak pemilik usaha mikro yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, sebagai wujud konkret dan konsistensi P&G sebagai ‘Force for Growth and Force for Good’, kami bekerja bersama Habitat for Humanity Indonesia dan komunitas lokal untuk kembali mengadakan program ‘Making a House a Home’ tahun ke-7," kata Presiden Direktur P&G Indonesia Saranathan Ramaswamy dalam keterangan tertulisnya.
Lewat program ini, perusahaannya, lanjut dia, tidak hanya memperbaiki fasilitas fisik milik warga, namun juga membekali mereka dengan kemampuan dan pengetahuan guna meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Baca Juga: Gencarkan UMKM Lewat Pelatihan Membuat Serbuk Jahe Merah Bagi Warga
"Inilah bentuk dukungan kami untuk hadir dan bergerak bersama masyarakat lokal dalam memperkuat perekonomian dan kesejahteraan hidup mereka,” imbuh Saranathan.
Seperti yang telah diketahui bersama, Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) adalah rumah yang tidak memenuhi persyaratan hunian yang nyaman dan aman serta tidak menyehatkan dan/atau justru membahayakan penghuninya.
Begitu juga halnya dengan Warung yang dianggap Tidak Layak Huni beroperasi dengan ciri-ciri tidak memiliki pondasi permanen (hanya menggunakan kayu lapis), kurang mendapatkan pencahayaan alami, sirkulasi udara tidak baik, tidak tersuplai air bersih yang memenuhi standar kesehatan dan sanitasi buruk.
Kondisi inilah yang menjadikan dukungan dan program seperti ‘Making a House a Home’ semakin penting untuk diselenggarakan.
Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 juga berdampak besar bagi perekonomian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2021, ditemukan bahwa sekitar 87,5 persen UMKM mengalami penurunan pendapatan akibat dampak pandemi Covid-19.
Di samping itu, masih buruknya kondisi tempat usaha serta rendahnya literasi finansial juga menjadi hambatan tumbuhnya usaha mikro seperti warung yang menjadi salah satu tulang punggung ekonomi lokal di Desa Wanakerta, Karawang, Jawa Barat.
Seperti halnya di area pedesaan lainnya, banyak perempuan di Desa Wanakerta menghabiskan sebagian besar waktunya di warung, karena warung melekat pada rumah mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
4 Ciri-Ciri Sepatu New Balance Palsu, Jangan Sampai Pengen Stylish Malah Jadi Mimpi Buruk!
-
Arti We Should All Be Feminists, Pesan di Kaus Andika Kangen Band yang Gemparkan Synchronize Fest
-
Silsilah Keluarga Syifa Hadju yang Dilamar El Rumi, Keturunan Siapa?
-
4 Rekomendasi Parfum Wanita Tahan Lama dan Murah, Rahasia Wangi Mewah Tanpa Bikin Bokek
-
Cara Menghilangkan Bau Sepatu dengan Bubuk Kopi, Praktis tanpa Perlu ke Tempat Cuci
-
Keriput hingga Flek Hitam Jokowi dan Iriana Jadi Sorotan, Ini 7 Rekomendasi Sunscreen Usia 60-an
-
Beda Lamaran El Rumi dan Al Ghazali di Eropa, Mana yang Paling Romantis?
-
6 Fakta Keluarga Bravy Vconk, Ibunya Tak Bisa Lihat Langsung Anak Lamar Erika Carlina
-
Berapa Jumlah Terkini Korban Ponpes Al Khoziny Sidoarjo? Ini Update Data Terbarunya
-
Bukan Hanya soal Parkir, Duduk Perkara Konflik Yai Mim vs Sahara Berawal Dari Adab Berujung SARA