Suara.com - Air bersih jadi kebutuhan pokok dasar bagi manusia. Salah satu kegunaannya tentu dimanfaatkan sebagai air minum. Sayangnya, hampir 90 persen masyarakat Indonesia rupanya belum memiliki akses air minum yang aman.
Hasil studi kualitas air minum rumah tangga tahun 2020 yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama Badan Pusat Statistik ditemukan kalau capaian akses air minum aman hanya 11,8 persen.
Di sisi lain, masyarakat sendiri tidak sadar apakah dirinya termasuk orang-orang yang memiliki akses air minum bersih atau tidak. Menurut Marketing and Behavior Change Advisor USAID Ika Fransisca, kesadaran akan isu air bersih masih rendah di masyarakat. Padahal gerakan kesadaran tersebut bisa dilakukan secara sederhana mulai dari rumah masing-masing.
"Yang paling pertama kita bisa memastikan air minum yang kita minum secara oral itu aman. Artinya sudah di treatment, bisa apa saja, misalnya direbus, filter juga termasuk," kata Ika ditemui usai acara diskusi temu media di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (5/7/2023).
Kesadaran akan kepemilikan air bersih juga pada akhirnya akan membawa masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Kesadaran akan sanitasi atau perilaku PHBS juga harus dimulai sejak dari dalam rumah.
"Kalau sanitasi kita sadar diri, misalnya memastikan juga apakah WC di rumah kita, yang kita gosok sampai wangi itu, apakah buangannya sudah tertampung atau larinya ke got atau ke kali. Kalau sudah di tampung tahu gak tempatnya di mana, pernah disedot gak," kata Ika.
Diakui Ika, kalau pemahaman soal penampungan tinja juga masih awam bagi kebanyakan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa bila satu rumah saja tidak memiliki penampungan tinja yang khusus, artinya kotoran tersebut akan tertampung di kali yang pada akhirnya mencemari tanah, air, juga udara sekitar.
Udara sekitar kali yang tercemar tinja bisa jadi tercemar karena kotoran itu akan berubah menjadi partikel debu yang sangat kecil bila aliran air sedang kering.
"Lalu pelaku higienis, paling sederhana cuci tangan sebelum makan. Karena kalau tinja kering jadi partikel debu terbang ke mana-mana, bisa jadi kita pegang. Cuci tangan itu paling serdehana tapi mantap. Tapi orang gak berpikir seperti itu," pungkasnya.
Baca Juga: Masyarakat Diajak Maksimalkan Pemanfaatan Pengelolaan Sampah Supaya Jadi Nilai Ekonomis
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
5 Sepatu dengan Desain Klasik dan Timeless, Nyaman Maksimal untuk Jalan Kaki
-
5 Bentuk Kacamata yang Cocok untuk Wajah Bulat, Bikin Lebih Tirus dan Tegas
-
Cuma Rp25 Ribuan, 7 Pilihan Lipstik Purbasari untuk Usia 40 Tahun dengan Kulit Sawo Matang
-
Pure Paw Paw untuk Apa Saja? Lebih dari Sekadar Pelembap Bibir, Ini 7 Manfaat Ajaibnya
-
6 Produk Anti Aging Sariayu agar Kulit Kencang dan Cerah, Cocok untuk 40 Tahun ke Atas
-
Urutan 12 Zodiak Paling Rawan Selingkuh, Siapa yang Hobi Permainkan Hati?
-
Apakah Tinted Sunscreen Bisa Memudarkan Flek Hitam? Cek 5 Pilihan yang Murah dan Bagus
-
Sosok Zohran Mamdani, Wali Kota Termuda dan Muslim Pertama dalam Sejarah New York
-
5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
-
Profil dan Pendidikan Gusti Purbaya, Kukuhkan Diri sebagai Raja Baru Keraton Solo di Usia 22 Tahun