Suara.com - Konservasi hutan dan seluruh ekosistem mahluk hidup di dalamnya, termasuk spesies langka Orangutan, kata Dr. Rondang S. E. Siregar, Biodiversity Conservation and Management Planning Specialist, Research Center for Climate Change – Universitas Indonesia (RCCC – UI), merupakan salah satu cara untuk meminimalkan dampak perubahan iklim.
“Orangutan memiliki peran penting untuk menjaga hutan, yaitu sebagai penebar biji dari biji-bijian dan buah-buahan yang dimakannya. Pergerakan mereka yang membawa biji-bijian tersebut memungkinkan pertumbuhan pohon baru," katanya di acara diskusi “Menjaga Orangutan, Menghidupkan Masa Depan" yang digelar The Body Shop Indonesia menggandeng Yayasan Kehati dan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC), belum lama ini.
Selain itu, lanjut Rondang, Orangutan membuat celah di antara pepohonan dengan cara mematahkan dahan dan rantingnya sehingga cahaya matahari dapat masuk ke hutan yang menstimulasi pertumbuhan tanaman di dalamnya.
"Aksi mereka ini meningkatkan biodiversitas serta ketahanan hutan, dan berdampak pada efek perubahan iklim itu sendiri,” imbuhnya lagi.
Di Indonesia terdapat tiga spesies orangutan, yakni Orangutan Sumatera (Pongo Abelii), Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) dan Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis).
Ketiganya, kata Rondang, berstatus kritis berdasarkan daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Jumlah Orangutan mengalami penurunan sekitar 50% dalam 60 tahun terakhir karena kehilangan habitat yang diakibatkan karena berbagai hal, termasuk pemburuan oleh masyarakat sekitar karena dianggap hama, jual beli bayi Orangutan secara ilegal, kegiatan pembalakan, pertambangan, pertanian, dan pembangunan infrastruktur di area habitat mereka.
Lebih lanjut Orangutan cenderung hidup soliter (sendiri) dan berkembang sangat lambat dengan rentang waktu melahirkan antara 6-9 tahun untuk 1 bayi.
Umur pertama melahirkan sekitar 14 tahun untuk betina dan sekitar 25 tahun untuk jantan, dan mereka mampu bertahan hidup hingga umur 50-60 tahun. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen dari semua pihak untuk memastikan kelestarian habitat mereka.
Baca Juga: Momen Pelepasliaran Orangutan di Petualangan Sherina 2 Nyata Adanya
Dari ketiga spesies ini, Orangutan Tapanuli merupakan jenis baru, dan tergolong spesies kera paling langka di dunia. Ekosistem Orangutan Tapanuli di Batang Toru, Tapanuli Selatan ini adalah jalur pegunungan hutan hujan di provinsi Sumatera Utara.
Para ahli memperkirakan bahwa kurang dari 800 individu Orangutan Tapanuli yang tersisa di alam liar.
Melihat urgensi dari kondisi tersebut, The Body Shop Indonesia bersama Yayasan Kehati dan Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC) secara aktif mendukung program konservasi Orangutan Tapanuli, antara lain dengan program Bio-Bridge di daerah Batang Toru, edukasi yang berkelanjutan kepada generasi muda dengan melakukan road show ke beberapa kampus di Indonesia, dan mengajak masyarakat berpartisipasi aktif dalam program donasi melalui seluruh gerainya di Indonesia.
“Program Bio-Bridge merupakan program konservasi hutan dengan cara membangun koridor antara bagian (area) hutan yang terpecah akibat eksploitasi seperti perburuan ilegal dan penebangan kayu yang tidak berlandaskan asas berkelanjutan," kata Suzy Hutomo, CEO The Body Shop Indonesia.
Selain itu, program donasi, sambung dia, juga berperan penting dalam konservasi yang berkelanjutan, di antaranya dalam upaya mitigasi konflik Manusia-Orangutan, Program penyadartahuan atau edukasi untuk pelajar dan warga tentang Orangutan Tapanuli dan habitatnya, dan menginisiasikan solusi berbasis desa untuk mengatasi konflik satwa liar-manusia.
Binur Dessy Naibaho, Program Director Sustainable Landscape Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC), menjabarkan kehadiran Orangutan yang berkelanjutan di alam liar membutuhkan komitmen dan dukungan dari berbagai pihak yang bekerja di tingkat nasional, regional, dan lokal, terutama generasi muda.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
7 Sepatu Trail Running Indonesia Ini Punya Bantalan Nyaman Mirip Hoka Ori Versi Low Budget
-
Wajib Coba! Rekomendasi Moisturizer Viva untuk Kulit Berminyak Usia 30 Tahun ke Atas
-
5 Sabun Cuci Muka untuk Jerawat di Apotek K24, Mulai Rp 16 Ribuan
-
Misteri Micellar Water: Kenali Kandungan, Manfaat, dan Cara Pemakaiannya
-
5 Moisturizer Anti Aging Ibu Rumah Tangga, Kulit Kencang Kerutan Hilang
-
6 Shio Paling Beruntung 17 Desember 2025, Waktunya Panen Hasil Kerja Keras
-
Berapa Harga Saham GOTO? Komika Yudha Keling Pakai 1.412.025 Lembar sebagai Mahar
-
Skor Bahasa Inggris Indonesia Masih Rendah, Pembelajaran Humanis Jadi Kunci di Era AI
-
6 Jam Tangan dengan GPS dan Pemantau Jantung untuk Aktivitas Olahraga
-
8 Hewan Paling Mematikan yang Bisa Membunuh dalam Hitungan Menit