Suara.com - Parapuar, sebuah permata tersembunyi di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, telah lama menjadi magnet bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Kawasan hutan yang indah ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
Dalam bahasa Manggarai, kata "parapuar" berarti ‘pintu gerbang menuju hutan’, berasal dari kata "para" yang berarti ‘pintu’ dan "puar" yang berarti ‘hutan’. Dari viewpoint Parapuar, wisatawan dapat menikmati panorama memukau alam Labuan Bajo. Pemandangan gugusan pulau dan kapal wisata yang berlayar di perairan tampak jelas dari kejauhan, sementara hutan lebat seolah memeluk Kota Labuan Bajo.
Dari viewpoint ini, pengunjung juga dapat melihat landasan pacu Bandara Komodo di arah utara. Selain menikmati keindahan alam, wisatawan dapat bersantai di coffee shop yang tersedia di lokasi tersebut, mencicipi kopi arabika khas Manggarai dan kompiang, roti tradisional Manggarai yang lezat. Parapuar bukan hanya menawarkan pemandangan menakjubkan, tetapi juga pengalaman budaya dan kuliner yang autentik.
Oleh karena itu, dalam Rapat Sinkronisasi Penajaman Masterplan dan Rencana Strategi Bisnis Parapuar, Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh perlu ada komitmen mendukung visi keberlanjutan Etno-Eco-Edu-Culture & Nature Conservation dalam pengembangan Kawasan Parapuar.
"Konsep Keberlanjutan adalah poin utama yang harus dimunculkan dan lebih dipertajam pada Masterplan dan Rencana Bisnis Parapuar, baik keberlanjutan dari segi budaya, kearifan lokal, lingkungan maupun korelasi ekonomi dan sosial yang berimplikasi secara teknis pada pengembangan. Artinya, Masterplan Parapuar mengusung KonsepEtno-Eco-Edu-Culture & Nature Conservation yang berbasis Pola Ruang Gendang One, Lingko Pe'ang. Selain itu, Langgem Arsitektur juga mesti menampilkan kekhasan lokal dalam bentuk bangunan maupun desain arsitektur sehingga dapat menciptakan ruang yang merefleksikan keindahan dan identitas budaya 11 Kabupaten Koordinatif secara umum maupun budaya Manggarai secara khusus" jelas Frans.
Filosofi “Gendang One Lingko Pe’ang” sendiri merupakan ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur. Ruang ini secara umum mencakup lima bagian, yaitu Kampung (Beo Bate Elor/ Natas Bate Labar), Rumah Adat (Mbaru Bate Kaeng, Mbaru Gendang), Altar Persembahan (Compang Bate Takung), Kebun (Uma Bate Duat/ Lingko), dan Sumber Air (Wae Bate Teku). Kelima unsur ini merupakan suatu kesatuan yang memberi makna bagi seluruh kehidupan masyarakat Manggarai.
Lebih lanjut, terkait dengan Rencana Induk Kepariwisataan BPOLBF, Frans menekankan bahwa pengembangan Parapuar harus mampu memberi distribusi pertumbuhan ekonomi pada 11 Kabupaten Koordinatif BPOLBF yang meliputi Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sika, Lembata, Alor, Flores Timur, dan 2 kecamatan di Bima.
"Rencana Induk Kepariwisataan BPOLBF mesti memberikan concern terkait pengembangan pariwisata di 11 Kabupaten Koordinatif. Targetnya adalah pengembangan kawasan pariwisata Parapuar dan Labuan Bajo bisa memberikan distribusi ekonomi baik secara nasional maupun kedaerahan khususnya pada 11 Kabupaten Koordinatif BPOLBF" ungkap Frans.
Frans menyampaikan bahwa sebagai destinasi dengan basis alam dan budaya, Parapuar akan bergerak secara terukur ke quality tourism dan bukan mass tourism.
Baca Juga: Dua BUMN Kunjungi Pelindo Mau Contoh Pengelolaan Desa Wisata
"Positioning pengembangan Parapuar dari segi rencana pengembangan dan model bisnis harus memiliki karakter unik dan berdaya jual tinggi sehingga Parapuar dapat memberikan pengalaman yang berbeda dari destinasi wisata yang sudah berkembang secara organik di Labuan Bajo Flores. Parapuar sebagai destinasi dengan basis alam dan budaya akan bergerak secara terukur ke quality tourism dan bukan mass tourism" tutup Frans.
Mendukung visi besar ini, beberapa catatan dalam rapat tersebut juga berkaitan dengan rencana jangka panjang, seperti sistem transportasi terpadu berbasis energi baru terbarukan guna menjadikan Kawasan Parapuar sebagai destinasi yang ramah lingkungan, pengaturan flow pengunjung dan carying capacity kawasan dengan sentralisasi parkir serta pengaturan visitor management untuk penerapan Do and Don'ts bagi wisatawan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Agar Generasi Muda Makin Melek Perawatan Rambut, Edukasi Jadi Faktor Utama
-
Parfum Gak Sekadar Wangi: Ini Cara Anak Muda Ekspresikan Diri Lewat Aroma
-
Bangkitkan Semangat Kerja dengan Aroma Kopi: 5 Parfum Menyegarkan untuk Kantor
-
Pertanda Baik atau Buruk? Ini Macam-Macam Arti Mimpi Resign dari Kerjaan
-
5 Rekomendasi Parfum Pria Tahan Lama untuk Nge-Gym: Tetap Segar Sepanjang Sesi!
-
Kenapa Sepatu Baru Tidak Dianjurkan untuk Lomba Lari? Ini Penjelasan Dokter
-
Mengenal Apa Itu Femisida, Istilah yang Ramai Dibahas di Tengah Kasus Mutilasi Pacet
-
Sherly Tjoanda Partai Apa? Gubernur Berharta Rp709 M Viral Ogah 'Jualan Jabatan dan Proyek'
-
Dilarang Lomba Lari Pakai Sepatu Baru, Ini Penjelasan Dokter!
-
Cari Bedak Padat yang Makin Berkeringat Makin Glowing? Ini 7 Pilihan Terbaik Mulai Rp20 Ribuan