Suara.com - Doom spending menjadi fenomena yang diperkirakan bisa membuat generasi milenial dan gen Z menjadi miskin. Hal ini pun diyakini bisa mengancam masa depan mereka. Lalu apa yang memicu doom spending?
Istilah doom spending sendiri awalnya muncul di berbagai platform media sosial, sampai-sampai kini jadi perhatian serius oleh banyak kalangan. Bahkan menurut survei yang dilakukan oleh Credit Karma milik Intuit pada November 2023, kebiasaan doom spending meningkat akibat kekhawatiran ekonomi hingga stres finansial.
Apa Itu Doom Spending?
Berdasarkan penelitian oleh firma kurator kepailitan, Allan Marshall & Associates Inc, doom spending merupakan suatu tindakan mengeluarkan uang secara berlebihan saat seseorang sedang merasa stres atau cemas. Pengeluaran yang terkesan sia-sia ini kerap kali jadi salah satu langkah yang diambil di masa ekonomi sulit, seperti krisis global, kehilangan pekerjaan, masalah internal, atau pandangan masa depan yang tidak pasti.
Apa yang Memicu Doom Spending?
Ada beberapa faktor psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan kebiasaan doom spending ini. Salah satu yang paling banyak yaitu kepuasan instan. Hal tersebut bisa terjadi lantaran otak manusia suka mencari kesenangan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan.
Beberapa orang menilai bahwa dengan menghabiskan uang untuk hal-hal yang diinginkan saat itu juga, memacu produksi hormon dopamin yang menyebabkan timbulnya rasa senang. Pelarian sesaat dari rasa stres dan kecemasan itulah yang akhirnya mendorong seseorang untuk terus berbelanja meski tidak diperlukan.
Selanjutnya, doom spending juga dapat dipengaruhi oleh media sosial yang sering menampilkan kemewahan dan kesuksesan orang-orang. Hal ini lantas memicu seseorang untuk membandingkan dirinya dengan orang yang ia lihat di media sosial.
Pembandingan diri sendiri dengan orang lain tersebut bisa menciptakan tekanan untuk bersaing secara 'tidak sehat'. Akibatnya, seseorang mungkin saja rela menghabiskan uang melebihi kemampuannya demi memenuhi harapan khalayak.
Dampak Doom Spending
Diprediksi, gen Z dan milenial sangat rentan untuk mengalami kebiasaan doom spending. Hal ini dipicu karena tantangan ekonomi yang semakin berat dan pergeseran budaya di mana kebiasaan terlihat keren di sosial media lebih penting dari pada menabung. Akan tetapi, menghabiskan uang untuk hal-hal yang tak penting tersebut akan menyebabkan sejumlah efek negatif, antara lain:
1. Penumpukan Utang
Pengeluaran berlebih yang sering dilakukan bisa dengan cepat menambah utang serta tekanan finansial. Bahkan, suku bunga yang makin tinggi juga bisa memperburuk kondisi ekonomi generasi muda.
2. Merusak Tujuan Keuangan
Uang yang dihambur-hamburkan untuk membeli barang-barang tidak penting bisa menghambat atau merusak tujuan keuangan. Akibat fenomena doom spending ini, sebagian besar mimpi gen Z dan milenial untuk membeli rumah, membangun bisnis, menabung di masa pensiun, atau menyimpan dana darurat akan semakin sulit dilakukan.
3. Beban Emosional
Rasa senang yang sementara karena kebiasaan berbelanja sering kali juga diikuti dengan masalah kondisi mental. Alih-alih membuat perasaan senang, kecemasan terhadap keamanan finansial akan makin meningkat dan bisa menyebabkan timbulnya perasaan negatif akibat menuruti keinginan sesaat.
Cara Mengatasi Doom Spending
Jika kalian adalah Gen Z atau kaum Milenial yang ingin terbebas dari kebiasaan doom spending ini, maka baiknya lakukan hal-hal seperti berikut ini:
1. Susun anggaran dan pengeluaran yang terencana
2. Bedakan dana darurat dengan dana untuk berbelanja
3. Tetapkan dengan jelas tujuan keuangan
4. Berhenti membandingkan hidup orang lain dengan diri sendiri
5. Alokasikan anggaran secara jelas antara kebutuhan dan keinginan
6. Biasakan menggunakan uang tunai daripada uang kredit
7. Batasi bermain sosmed dan aplikasi belanja online
8. Unfollow influencer atau orang-orang yang kerap pamer kemewahan dan hidup boros
9. Prioritaskan menabung daripada berbelanja
10. Lakukan kegiatan positif dan menyehatkan badan seperti olahraga dan meditasi
11. Temukan support system
12. Apabila kebiasaan doom spending terus meningkat, carilah bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater.
Demikian ulasan tentang pertanyaan apa yang memicu doom spending. Semoga dengan penjelasan di atas, dapat membantu kalian menangani kebiasaan buruk itu.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
5 Contoh Teks Pidato Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2025 untuk Upacara Bendera
-
5 Rekomendasi Sunscreen Murah untuk Atasi Tanda Penuaan, Mulai Rp20 Ribuan
-
Rekomendasi 5 Concealer Lokal dengan Coverage Tinggi: Ampuh Tutupi Flek Hitam dan Mata Panda
-
4 Shio Paling Pelit, Apakah Kamu Termasuk?
-
Bikin Senyum Makin Menawan, Berapa Harga Pasang Veneer Gigi?
-
Inilah 5 Shio Paling Hoki Hari Ini 27 Oktober 2025: Siapa yang Dapat Rezeki Tak Terduga?
-
7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
-
Mahfud MD Sebut Soeharto Bisa Jadi Pahlawan Nasional Tanpa Perlu Diseleksi: Apa Acuannya?
-
Susunan Upacara Hari Sumpah Pemuda 2025 dan Tata Cara Pengibaran Bendera Merah Putih
-
Lombok Kini Bersinar Jadi Calon Bintang Wisata Pantai Utama Indonesia