Suara.com - Saat ini, banyak kompetisi akademik seperti olimpiade sains yang diselenggarakan dan menarik minat masyarakat untuk mengumpulkan prestasi. Selain olimpiade sains seperti matematika, ada pula yang menyelenggarakan kompetisi lainnya seperti bahasa hingga seni. Namun, tak semua olimpiade sains ini sah dan terakreditasi oleh institusi pendidikan resmi, lho. Bahkan, tak sedikit pula yang sampai mendapat julukan "olimpiade abal-abal" karena kerap menipu peserta dengan iming-iming penghargaan atau pengakuan.
Salah satu akun pribadi milik Tommy Lin di Quora menjelaskan bahwa, "Olimpiade dalam bidang sains & matematika? Yang asli pastinya yang diadakan oleh Kemendikbud, karena OSN (Olimpiade Sains Nasional) ini merupakan tahapan seleksi untuk pembentukan team olimpiade Indonesia yang akan dikirim ke ajang International. Pendaftaran harus melalui sekolah, tidak bisa mandiri dan tidak ada biaya pendaftaran.
Yang abal-abal adalah yang diadakan institusi di luar Kemendikbud, berbayar, bahkan ada yang untuk nebus sertifikatnya aja harus bayar, kualitas soal dan jurinya diragukan, sertifikatnya tidak ada harganya (tidak diakui oleh Kemendikbud atau institusi pendidikan resmi untuk pendaftaran sekolah dan beasiswa). Kurang lebihnya seperti itu", demikian tulisnya.
Ciri-Ciri Olimpiade Sains Abal-Abal
Sebagai referensi, beberapa sumber telah membahas mengenai pentingnya verifikasi olimpiade sains. Berikut ini beberapa ciri-ciri olimpiade sains abal-abal yang harus diwaspadai:
1. Biaya Pendaftaran yang Tinggi dan Tidak Masuk Akal
Salah satu tanda utama olimpiade sains yang abal-abal adalah biaya pendaftaran yang terlalu tinggi tanpa alasan yang jelas. Biasanya, olimpiade yang sah memiliki biaya pendaftaran yang wajar dan proporsional dengan fasilitas dan penghargaan yang diberikan. Sebaliknya, olimpiade abal-abal cenderung mematok biaya yang jauh lebih mahal hanya untuk menipu peserta.
2. Tidak Ada Informasi Institusi Pendukung yang Kredibel
Olimpiade sains resmi biasanya diselenggarakan oleh lembaga atau institusi terkemuka, seperti universitas, organisasi pendidikan, atau pemerintah. Mereka juga akan mencantumkan mitra atau sponsor yang jelas. Jika suatu olimpiade sains tidak memiliki informasi institusi pendukung yang kredibel atau bahkan tidak bisa ditemukan riwayat penyelenggaranya, kemungkinan besar itu adalah olimpiade abal-abal.
Baca Juga: BAT Kembali Cari Inovator Muda lewat Kompetisi Bisnis Global
3. Website dan Sosial Media Tidak Profesional
Periksa kualitas website atau akun sosial media dari kompetisi tersebut. Lomba yang sah biasanya memiliki website profesional dengan informasi yang lengkap dan transparan, termasuk tentang penyelenggara, jadwal, dan tata cara pendaftaran. Jika website terlihat amatir, sulit diakses, atau banyak link yang tidak aktif, ini bisa menjadi sinyal bahaya.
4. Penghargaan yang Berlebihan
Olimpiade sains abal-abal cenderung menjanjikan penghargaan yang berlebihan dan tidak realistis. Misalnya, mereka menjanjikan medali emas atau sertifikat yang bisa digunakan untuk memperkuat aplikasi ke universitas ternama, padahal tidak ada pengakuan resmi dari institusi pendidikan atau pemerintah. Penghargaan yang tidak diakui secara resmi hanya akan sia-sia.
5. Tidak Ada Mekanisme Penjurian yang Jelas
Kompetisi yang sah memiliki mekanisme penjurian yang jelas dan transparan, dengan penilai dari kalangan ahli di bidang terkait. Jika sebuah olimpiade sains tidak menyediakan informasi tentang siapa juri atau bagaimana proses penilaiannya, ini bisa menjadi pertanda bahwa olimpiade tersebut tidak kredibel.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
-
Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Sri Mulyani: Sebut Eks Menkeu 'Terlalu Protektif' ke Pegawai Bermasalah
-
Prediksi Timnas Indonesia U-17 vs Zambia: Garuda Muda Bidik 3 Poin Perdana
Terkini
-
Cara Memilih Broker Trading Terpercaya untuk Pemula: Kenali Ciri-cirinya
-
Tren Facelift Meningkat di Usia 20-an: Bukan Lagi Soal Kerutan, Tapi Tekanan Standar Kecantikan
-
5 Rekomendasi Deodorant Aroma Elegan Anti Lebay: Cocok Untuk Hijabers
-
Permata yang Terlupakan, Keindahan Alam Pantai Kuwaru dengan Hutan Pinus, Kolam Renang, dan Seafood!
-
5 Kandungan Skincare yang Harus Dihindari Ibu Hamil, Nggak Aman untuk Janin
-
Kenapa Pakai Sunscreen Wajah Malah Kusam? Bukan Salah Produk, Mungkin Ini Penyebabnya
-
Siapa Jay Alatas? Ayah Sabrina Alatas Punya Pekerjaan dan Jabatan Mentereng
-
Klaim Ramah Lingkungan Tisu Bambu Dipertanyakan, Produksi Masih Bergantung Batu Bara
-
Sunscreen Apa yang Ampuh untuk Flek Hitam? Cek 5 Produk Lokal Terbaik dan Murah
-
Siapa Owner Produk Viva Cosmetics? Skincare Lokal Terlaris Saat Ini