Suara.com - Istilah 'Tidak Ada Makan Siang Gratis' belakangan santer jadi pembicaraan seiring dengan mulai dijalankannya program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG).
Sejak awal diungkapkan sebagai janji kampanye Presiden Prabowo Subianto, program makan siang gratis untuk anak sekolah ini banyak menuai kritik. Pasalnya, program ini menelan anggaran mencapai Rp71 triliun sampai bulan Juni 2025. Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyebut, butuh Rp420 triliun agar program ini berjalan hingga akhir tahun 2025.
Pengamat, akademisi hingga masyarakat ramai menilai bahwa makan siang gratis ini sejatinya tidak gratis karena diambil dari APBN bagian Badan Gizi Nasional. Dalam pelaksanaannya, Istana melalui Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan/PCO Hasan Nasbi menyebut program ini sebagian masih pakai uang pribadi Presiden Prabowo.
Selain itu, publik sempat dibuat ketar-ketir dengan ancaman kenaikan PPn 12% meski pada akhirnya pemerintah membatalkan kenaikan tersebut. Kenaikan ini sempat membuat masyarakat gusar bahwa untuk menopang program-program pemerintah, termasuk makan siang gratis, sebenarnya rakyat tetap membayar juga lewat pajak.
Hal inilah yang menyebabkan idiom atau ungkapan "Tidak Ada Makan Siang Gratis" kembali bergaung. Lantas sebenarnya, bagaimana sejarah istilah ini bisa masih relevan hingga kini?
Sejarah "Tidak Ada Makan Siang Gratis"
Idiom atau ungkapan “Tidak Ada Makan Siang Gratis” merupakan salah satu frasa yang kerap digunakan untuk menyampaikan ide bahwa segala sesuatu memiliki biaya atau konsekuensi, meskipun terlihat diberikan secara cuma-cuma.
Dalam bahasa Inggris, idiom ini dikenal sebagai “There’s No Such Thing as a Free Lunch (TANSTAAFL)”. Ungkapan ini memiliki sejarah dan relevansi yang menarik dalam kehidupan sehari-hari, ekonomi, dan filsafat.
Idiom ini pertama kali muncul di Amerika Serikat pada abad ke-19, terutama dalam konteks bisnis bar dan restoran. Pada masa itu, banyak bar menawarkan “makan siang gratis” kepada pelanggan yang membeli minuman beralkohol.
Hidangan yang diberikan, meskipun terlihat gratis, sering kali terdiri dari makanan asin seperti daging asap, keripik, atau keju yang dirancang untuk membuat pelanggan merasa haus dan membeli lebih banyak minuman. Dengan kata lain, makan siang tersebut sebenarnya tidak benar-benar gratis karena pelanggan tetap harus mengeluarkan uang untuk minuman.
Konsep ini kemudian berkembang menjadi metafora dalam kehidupan sehari-hari. Orang mulai menyadari bahwa hampir semua hal yang tampak gratis sebenarnya memiliki biaya tersembunyi, baik berupa uang, waktu, tenaga, atau konsekuensi lainnya.
Penerapan dalam Ekonomi
Frasa ini mendapatkan perhatian besar dalam bidang ekonomi, terutama setelah Milton Friedman, seorang ekonom peraih Nobel, mempopulerkannya dalam bukunya yang berjudul "There’s No Such Thing as a Free Lunch" (1975).
Dalam konteks ekonomi, idiom ini mengacu pada prinsip bahwa sumber daya selalu terbatas dan setiap keputusan memiliki trade-off. Ketika seseorang menerima sesuatu “gratis,” ada pihak lain yang menanggung biaya, atau ada konsekuensi ekonomi yang tidak terlihat secara langsung.
Berita Terkait
-
Tantangan Program Makan Bergizi Gratis: Saat Bocah SD Lebih Pilih Makan Nasi Pakai Mie Kremes daripada Ayam dan Sayur
-
Potret Menu Makan Siang Gratis di TK Korea Dibandingkan dengan Indonesia: Ini Baru Benar...
-
Video Anak SMA Pamer Menu Makan Bergizi Gratis Ditonton 12 Juta Kali, Admin Gerindra Gercep Kasih Komentar
-
Sama-sama Rp10 Ribu, Program Makan Bergizi Gratis Dibandingkan dengan PMTAS Zaman Anies
-
Apakah Menu Makan Bergizi Gratis Sudah Sesuai Prinsip Isi Piringku Kemenkes? Begini Kata IDI
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Profil dan Agama Inka Andestha, Lagi Dijodoh-jodohkan dengan Pratama Arhan
-
6 Sunscreen Anti Air dan Anti Lengket untuk Musim Hujan, Cocok untuk Wanita Pekerja Outdoor
-
Berapa Tarif Manggung Raisa? Diva Pop Indonesia Ceraikan Hamish Daud
-
Masih Bingung Harus Pakai Sunscreen SPF Berapa? Ini Jawaban Dokter Spesialis Kulit
-
2 Promo G-DRAGON IN CINEMA CGV, Ada Poster Eksklusif 4DX dan Paket Combo Tiket
-
Apakah Tanggal 28 Oktober Termasuk Libur Nasional? Ini Jawabannya
-
Beauty Beyond Boundaries, Ruang Baru untuk Merayakan Kecantikan
-
Sumpah Pemuda 2025 yang ke Berapa? Ini Tema Resmi dan Makna di Balik Logonya
-
7 Parfum Lokal yang Wanginya Meninggalkan Jejak untuk Pria dan Wanita
-
6 Sabun Cuci Muka untuk Mengatasi Flek Hitam Usia 40-an, Harga Mulai Rp20 Ribuan