Suara.com - Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) adalah sosok yang menarik dalam dunia politik Indonesia. Namanya belakangan jadi perbincangan seiring dengan pembahasan RUU TNI oleh DPR RI.
Pasalnya, AHY adalah salah satu contoh bagaimana TNI harus melepas pangkat dahulu sebelum memegang jabatan sipil. Padahal, Agus Harimurti Yudhoyono bukan tentara kaleng-kaleng. Selain latar belakang keluarganya yang pure blood dari militer, karier dan pendidikan Agus tak kalah mentereng.
Perjalanan Karier Agus Harimurti Yudhoyono
Lahir pada 10 Agustus 1978, AHY adalah putra sulung dari Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia menempuh pendidikan di Akademi Militer Magelang dan lulus dengan predikat terbaik, menerima penghargaan Adhi Makayasa serta Pedang Trisakti Wiratama.
Karier militernya dimulai dengan bergabung di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). AHY kemudian ditugaskan dalam operasi pemulihan keamanan di Aceh pada tahun 2002. Selain itu, ia juga tergabung dalam misi perdamaian PBB di Lebanon pada tahun 2006. Selama bertugas, ia menunjukkan kompetensi tinggi dan kecakapan kepemimpinan.
Dalam upaya meningkatkan kapasitas akademiknya, AHY melanjutkan studi ke luar negeri. Ia meraih gelar Master dari Harvard University di Amerika Serikat. Ia juga sempat menjalani pendidikan militer di US Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, dan lulus dengan predikat summa cum laude.
Terakhir, AHY bahkan menyandang sebagai lulusan terbaik Program Studi Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia Periode Wisuda Desember 2024 di Universitas Airlangga.
Jabatan terakhirnya di TNI adalah sebagai Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203 Arya Kamuning. Dengan rekam jejak yang cemerlang, AHY diprediksi akan menempati posisi strategis di TNI pada masa mendatang.
Namun, pada tahun 2016, ia mengambil keputusan besar dengan mengundurkan diri dari dinas militer. Keputusan ini diambil untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada 2017.
Baca Juga: Ketimbang Ngebut Sahkan RUU TNI, Bivitri Tantang DPR Revisi UU Peradilan Militer, Berani?
Keputusan AHY untuk mundur dari TNI bukanlah hal yang mudah. Sebagai perwira dengan masa depan cerah, langkah ini mengejutkan banyak pihak.
Namun, AHY menegaskan bahwa ia ingin mengabdikan diri kepada masyarakat melalui jalur politik. Keputusan ini juga selaras dengan prinsip reformasi TNI yang melarang prajurit aktif terlibat dalam politik praktis.
Sesuai dengan aturan dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, anggota TNI yang ingin menduduki jabatan sipil harus pensiun dini. SBY, ayahnya, juga menekankan bahwa jika ingin berpolitik, maka harus melepaskan status sebagai anggota militer.
Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, AHY berpasangan dengan Sylviana Murni. Namun, pasangan ini gagal melaju ke putaran kedua setelah memperoleh suara paling sedikit dibandingkan dua pasangan lainnya. Kekalahan tersebut tidak membuatnya mundur dari dunia politik. Sebaliknya, ia semakin aktif dalam Partai Demokrat.
Pada tahun 2020, AHY terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, menggantikan ayahnya. Di bawah kepemimpinannya, Demokrat mencoba meraih kembali kekuatan politiknya dan menghadapi berbagai tantangan internal serta eksternal. AHY juga semakin menunjukkan perannya dalam kancah politik nasional dengan berbagai pernyataan dan kebijakan strategis.
Pada Februari 2024, AHY dilantik sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang merangkap Kepala Badan Pertanahan Nasional dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kemudian, dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, ia diangkat sebagai Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.
Perjalanan AHY dari seorang tentara profesional hingga menjadi tokoh politik nasional menunjukkan dedikasi dan fleksibilitasnya dalam mengabdi kepada negara.
Meski meninggalkan karier militernya, ia tetap berusaha memberikan kontribusi bagi bangsa melalui jalur politik. Dengan pengalamannya di militer dan politik, AHY disinyalir menjadi sosok yang diperhitungkan dalam peta politik Indonesia.
Berita Terkait
-
Ketimbang Ngebut Sahkan RUU TNI, Bivitri Tantang DPR Revisi UU Peradilan Militer, Berani?
-
Denny Siregar Sindir Deddy Corbuzier yang Tuding Demo Rapat RUU TNI Ilegal: Makin Panjang Dagunya!
-
Penolakan RUU TNI Ramai di Medsos, Dasco Bantah Soal Dwifungsi: Kita Jaga Supremasi Sipil
-
DPR Ngaku Cuma Bahas 3 Pasal di RUU TNI, Dasco Sebut Pasal-pasal Beredar di Medsos Hoaks
-
Rapat Konsinyering RUU TNI di Hotel Mewah, Waka DPR: Tak Ada Kesan Diam-diam, Ini Ada Aturannya
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Rahasia Kreasi Kopi Kekinian: Coconut Milk, Bahan Lokal yang Mengguncang Industri Minuman!
-
Tren Fesyen Wanita Karier 2025: Ini 5 Item Wajib Ada di Lemari
-
Eye Cream atau Moisturizer Dulu? Ini Urutannya untuk Skincare Malam
-
Berapa Biaya Sekolah di Orchid Park Secondary School seperti Gibran? Segini Kisarannya
-
8 Fakta Pernikahan Selena Gomez dan Benny Blanco, Ini Potret Intimate Wedding Mereka
-
Alasan Kakek Nenek Prabowo Subianto Dimakamkan di Belanda
-
Kurikulum Internasional dan Regulasi Nasional: Formula Baru Pendidikan Masa Depan
-
5.200 Pelari Gaungkan Semangat UMKM Indonesia, Sport dan Empowerment Jadi Satu
-
Wacana akan Jadi Ibukota Politik, Mengapa IKN Dibangun di Kalimantan Timur?
-
Siapa Ayah Prabowo Subianto? Silsilahnya Disorot usai Sang Presiden Ziarah Makam di Belanda