Suara.com - Perempuan mengisi hampir separuh populasi Indonesia. Namun, ruang bagi mereka untuk berkembang, memimpin, dan menentukan arah masa depan bangsa masih belum sepenuhnya terbuka. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, jumlah penduduk perempuan di Indonesia mencapai 137,9 juta jiwa atau sekitar 49,53 persen dari total populasi. Angka tersebut menunjukkan potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa perempuan masih menghadapi hambatan struktural dan kultural, seperti keterbatasan akses pendidikan tinggi, minimnya keterwakilan di posisi strategis, hingga beban ganda sebagai pekerja sekaligus pengurus rumah tangga.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Amurwani Dwi Lestariningsih, menyebut konferensi Women Empowerment Conference (WEC) 2025 sebagai momentum strategis dalam mendorong kepemimpinan perempuan. Menurutnya, hingga kini keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif, eksekutif, maupun sektor swasta masih belum memenuhi target nasional sebesar 30 persen.
“Kita perlu mengubah cara pandang terhadap peran perempuan. Mereka bukan hanya bagian dari urusan domestik, tetapi memiliki hak dan kapasitas yang setara untuk memimpin dan mengambil keputusan,” ujar Amurwani dalam konferensi pers WEC 2025 di Jakarta, Rabu (9/4/2025).
Amurwani menyoroti masih lebarnya kesenjangan gender yang tercermin dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan berbagai data BPS lainnya. Diskriminasi terhadap perempuan, baik secara struktural maupun kultural, masih kerap terjadi. Ia menekankan pentingnya edukasi dan advokasi yang berkelanjutan, termasuk melalui peran publik figur seperti Puteri Indonesia, untuk mendorong perubahan pola pikir masyarakat.
Ia juga menyoroti rendahnya pengakuan terhadap pekerjaan perempuan, terutama mereka yang bekerja dari rumah atau di sektor informal. Padahal banyak perempuan yang berkontribusi secara aktif sebagai pelaku UMKM, pengrajin, hingga pekerja rumahan. Namun, kontribusi tersebut belum sepenuhnya dihargai secara ekonomi.
“Perempuan rumah tangga juga bekerja dan memiliki nilai ekonomi. KemenPPPA terus mendorong perubahan ini melalui program-program seperti Sekolah Gender yang mengintegrasikan prinsip kesetaraan dalam proses pembangunan,” lanjutnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya peran perempuan dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim. Perempuan, menurutnya, memiliki pengalaman langsung terhadap dampak krisis di sektor pangan, air, dan energi.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Puteri Indonesia, Putri Kus Wisnu Wardani, menyatakan bahwa potensi besar perempuan tidak akan berarti tanpa ruang yang setara untuk berkontribusi.
Baca Juga: Komnas Perempuan Desak Aparat Hukum Identifikasi Kasus Femisida
“Populasi perempuan hampir setengah dari bangsa ini. Tapi jika mereka tidak diberi ruang, maka potensi itu akan terbuang,” ujarnya.
WEC 2025 yang mengusung tema “Unlock Our Potential, Shaping the Future of Indonesia” akan diselenggarakan pada 14 April 2025 di Ballroom Westin Hotel, Jakarta. Konferensi ini akan mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dari pemerintah, sektor swasta, akademisi, hingga komunitas perempuan.
Tak hanya menjadi ruang diskusi, WEC juga menghadirkan aksi nyata seperti donasi alat tulis dan buku untuk anak-anak perempuan serta dukungan terhadap gerakan literasi bersama KemenPPPA.
Dengan keterlibatan publik figur seperti Puteri Indonesia Pendidikan dan Kebudayaan 2024, Melati Tedja, konferensi ini diharapkan mampu menginspirasi lebih banyak perempuan untuk mengenali potensi diri dan mengambil peran lebih besar dalam pembangunan nasional menuju visi Indonesia Emas 2045.
Direktur PT Mustika Ratu Tbk, Kusuma Ida Anjani, menambahkan bahwa WEC 2025 bukan sekadar ajang seremonial, tetapi bagian dari gerakan jangka panjang untuk menciptakan ekosistem yang mendukung perempuan dalam mengejar cita-cita dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Menurutnya, perubahan nyata hanya bisa terjadi jika semua pihak, mulai dari pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat sipil, berkolaborasi dalam menciptakan ruang aman dan setara bagi perempuan untuk tumbuh dan memimpin.
“Kami ingin perempuan muda terbuka pikirannya, bahwa cita-cita mereka bisa dicapai, asalkan mereka mendapatkan akses dan dukungan yang memadai,” tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Menjelang 2026, Ini Ulasan Tren Hunian, Ruang Kerja, dan Wellness di Asia
-
Tren Kota Modern di Asia: Mulai dari Bangunan, Teknologi, hingga Gaya Hidup
-
4 Sepatu Lokal Mirip Samba yang Stylish dan Terjangkau Mulai Rp200 Ribuan
-
Katalog Promo Tebus Murah Alfamart Mulai Rp5 Ribu, Cek sebelum Berakhir!
-
6 Cushion dengan Hasil Akhir Velvet Matte untuk Tampilan Halus seperti Beludru
-
5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
-
Daftar Promo Makanan Spesial Akhir Tahun 2025, Hidangan Jepang hingga Kopi Kekinian
-
5 Rekomendasi Sheet Mask Kolagen untuk Samarkan Penuaan Usia 40 Tahun
-
4 Sepatu Lokal untuk Futsal dan Minisoccer yang Lebih Murah dari Adidas
-
Ide Hadiah Tukar Kado untuk Rekan Kerja di Kantor yang Pasti Disukai