Suara.com - Di balik setiap tragedi, selalu ada cerita tentang keberanian dan keteguhan hati. Salah satunya adalah kisah Jayadi, seorang warga Singaraja, Bali, yang namanya kini menjadi simbol harapan setelah selamat dari gempa dahsyat yang mengguncang Lombok pada tahun 2018.
Gempa berkekuatan 7 Skala Richter itu tidak hanya meruntuhkan bangunan, tetapi juga menyisakan luka mendalam bagi ratusan ribu warga. Lebih dari setengah juta orang terdampak, ratusan jiwa melayang, dan ribuan rumah hancur. Namun dari reruntuhan itulah, kisah luar biasa tentang ketabahan Jayadi muncul ke permukaan.
Saat gempa terjadi, Jayadi sedang berada di rumah bersama keluarganya. Getaran yang sangat kuat mengguncang bumi dan mengguncang jiwanya. Dalam kepanikan, istrinya pingsan, anak-anak mereka ketakutan, dan suasana di sekelilingnya kacau balau. Namun Jayadi memilih untuk tetap tegar. “Saya tidak mau terlihat lemah di depan anak-anak. Kalau saya menangis, mereka akan makin takut,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.
Trauma dari peristiwa itu tidak mudah hilang. Bahkan bertahun-tahun setelahnya, suara keras masih bisa membangkitkan kenangan pahit dan membuat istrinya gemetar. Tapi Jayadi memilih untuk terus bergerak. Ia mencoba mengalihkan perasaan traumanya lewat pekerjaan dan kegiatan sosial.
Tumbuh dari Keterbatasan
Jayadi tumbuh dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang sopir yang kemudian menjadi petani. Meski memiliki prestasi akademik yang membanggakan dan diterima di perguruan tinggi melalui jalur PMDK, Jayadi mengurungkan niat melanjutkan pendidikan karena tak ingin membebani orang tuanya.
Setelah lulus SMA, ia bekerja keras, hingga akhirnya diterima di McDonald’s Indonesia setelah tiga kali melamar. Perlahan tapi pasti, kariernya menanjak. Pada 2016, ia dipercaya menjadi Regional General Manager di Mataram. Tanggung jawab besar ini ia emban meski hanya berbekal ijazah SMA.
Namun justru dari titik inilah, ujian besar datang. Gempa bumi mengguncang Lombok dan mengubah cara pandangnya terhadap hidup. “Saya merasa hidup ini harus memberi manfaat, tidak hanya untuk keluarga, tapi juga untuk sesama,” tuturnya.
Membangun Kembali dengan Empati
Baca Juga: Terbaru Ada Jumbo, Intip 5 Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa
Setelah bencana, Jayadi aktif membantu komunitasnya pulih. Ia terlibat dalam Sekaa, organisasi adat yang mendorong solidaritas dan gotong royong di masyarakat. Dari situ, ia belajar tentang pentingnya meredam ego demi kepentingan bersama, dan bagaimana empati bisa menjadi kekuatan utama dalam menghadapi kehidupan.
Budaya Bali yang sarat nilai kekeluargaan juga menginspirasi Jayadi. Ia menanamkan kecintaan terhadap seni kepada anak-anaknya, terutama tari, yang pernah menjadi impiannya di masa kecil namun terhenti karena keterbatasan biaya. Kini, anak ketiganya aktif menari, meneruskan impian sang ayah yang sempat tertunda.
Hidup yang Bermakna dan Menginspirasi Lewat Layar
Kisah Jayadi yang menyentuh hati ini diangkat ke layar dalam episode penutup serial dokumenter Sosok Baik Indonesia, sebuah docuseries yang disutradarai oleh Wisnu Surya Pratama. Serial ini bisa disaksikan melalui kanal YouTube @niatbaikhasilbaik_id, dan bertujuan memperlihatkan sisi kemanusiaan dari peristiwa-peristiwa besar yang kerap hanya dilihat dari angka statistik.
Menurut sang sutradara, masyarakat sering kali lupa bahwa di balik angka-angka korban bencana, ada manusia dengan kehidupan dan perjuangan yang tak ternilai. Melalui docuseries ini, Jayadi tidak hanya menjadi tokoh, tetapi juga pengingat bahwa trauma bisa disembuhkan, dan bahwa harapan bisa dibagikan.
“Bencana bukan akhir dari segalanya. Justru dari sana, saya belajar pentingnya kepedulian, kerja sama, dan rasa syukur,” ungkap Jayadi. Ia menjadi bukti nyata bahwa seseorang bisa bangkit dari keterpurukan, dan mengubah luka menjadi cahaya bagi orang lain.
Namanya, yang berarti “harapan”, seolah menjadi takdir. Dari seorang penyintas, Jayadi menjelma menjadi simbol ketahanan dan semangat untuk terus melangkah maju—menginspirasi banyak orang bahwa di tengah gelapnya musibah, harapan tetap menyala.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Cium Wanginya, Auto Kangen Putih Abu-abu: 7 Parfum Jadul Legendaris Ini
-
Makna Nama Alif Dalam Bahasa Arab, Panggilan Ruben Onsu di Tanah Suci yang Bikin Haru
-
7 Rekomendasi Skincare Aman untuk Anak 10 Tahun, Bikin Kulit Sehat dan Terawat
-
Ameena Pindah ke Sekolah Elite? Biaya SPP-nya Bisa Tembus Belasan Juta Rupiah
-
Seberapa Kaya Rahayu Saraswati? Keponakan Prabowo Resmi Mundur dari DPR
-
Mengenal Apa Itu Mental Pengemis, Disebut Yudo Anak Menkeu sebagai Ciri Orang Miskin
-
Art Jakarta 2025 Siap Berpameran di JIExpo Awal Oktober 2025
-
5 Aroma Parfum Pria Tahan Lama yang Cocok untuk Pekerja Lapangan
-
Viral di Medsos, Edit Foto Jadi Gantungan Kunci Pakai Aplikasi Apa?
-
5 Rekomendasi Hand Body Lotion Marina: Wangi, Murah, dan Bikin Kulit Cerah