Suara.com - Banyak orang masih menganggap sepele perubahan iklim yang terjadi di dunia, padahal fenomena ini sudah dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaannya, benarkah padang lamun dan lahan gambut jadi solusi?
Tidak banyak yang tahu pola hujan tidak teratur, suhu harian semakin ekstrem, gangguan produksi pangan hingga naiknya permukaan air laut yang kita temukan sehari-hari merupakan beberapa tanda perubahan iklim yang mulai terjadi.
Untuk mencegah kondisi ini semakin parah, Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura menilai padang lamun dan lahan gambut bisa jadi solusi menahan perubahan iklim di dunia. Namun sudut pandang ini harus dibarengi dengan aksi nyata berbagai negara di seluruh dunia.
"Lamun dan lahan gambut merupakan salah satu solusi berbasis alam yang paling efektif dan terjangkau untuk mengurangi perubahan iklim," ujar Norimasa saat hadir dalam peresmian Proyek ASEAN Blue Carbon and Finance Profiling (ABCF) di Jakarta, pada Rabu, 21 Mei 2025.
Demi mempertahankan lahan gambut dan padang lamun dan berbagai masalah lingkungan terkait laut, berbagai negara dunia perlu fokus membangun ekonomi biru yaitu memanfaatkan sumber daya laut tanpa mengabaikan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan lingkungan.
Apalagi data menunjukkan Asia Tenggara merupakan rumah bagi sekitar 33 persen padang lamun dunia dan hampir 40 persen lahan gambut tropis yang telah diketahui, yang mewakili sekitar 6 persen sumber daya lahan gambut global. Meskipun berperan penting dalam mitigasi iklim, ekosistem ini masih kurang dimanfaatkan karena kesenjangan teknis, finansial, dan kebijakan.
Lahan gambut adalah jenis lahan basah yang terbentuk dari tumpukan sisa-sisa tanaman yang membusuk secara perlahan di lingkungan yang lembap dan minim oksigen, selama ribuan tahun. Di Indonesia, lahan gambut banyak ditemukan di Sumatra, Kalimantan, dan Papua.
Keberadaan lahan gambut bisa mencegah perubahan iklim karena satu meter lahan gambut bisa menyimpan dua hingga tiga kali lebih banyak karbon daripada hutan biasa. Bahkan lahan ini jika dibiarkan utuh atau basah maka akan tersimpan ribuan tahun.
Saat gambut dikeringkan atau dibakar (untuk pertanian, misalnya), karbon dalam bentuk CO2 dan metana dilepaskan dalam jumlah besar. Maka menjaga lahan gambut tetap basah berarti menghindari emisi besar-besaran.
Baca Juga: Studi: Kekeringan Panjang dan Cuaca Ekstrem Bisa Bikin Produksi Beras dan Jagung Menyusut
Sedangkan padang lamun adalah tumbuhan berbunga atau bukan rumput laut (seaweed) yang tumbuh di dasar laut dangkal yang terkena sinar matahari. Lamun tumbuh di perairan pesisir yang tenang dan jernih.
Peran padang lamun dalam mencegah perubahan iklim bisa terjadi karena pasir dan lumpur tidak erosi dan tidak terbawa arus, sehingga karbon yang tersimpan tidak terlepas kembali.
Selain itu lamun juga mampu menyerap karbon dioksida alias CO2 dari atmosfer dan mengurungnya dalam akar dan sedimen bawah laut. Padang lamun juga disebut sebagai blue carbon, karena karbon disimpan di lingkungan laut dan pesisir.
Faktor ini juga yang jadi alasan ASEAN, Pemerintah Jepang dan UNDP menggelar ABCF agar ekosistem pengelolaan karbon alias limbah laut bisa dimanfaatkan sehingga lebih berkelanjutan dari sisi bisnis maupun lingkungan.
Acara ini didanai pemerintah Jepang dan digelar UNDP Indonesia berkoordinasi dengan ASEAN Coordinating Task Force on Blue Economy (ACTF-BE). Proyek ABCF ini menggarisbawahi komitmen ASEAN terhadap ekonomi biru yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.
Dengan menyelaraskan kebijakan, pembiayaan, dan pendekatan berbasis sains, proyek ini mendorong pengembangan potensi iklim dan ekonomi ekosistem laut dan pesisir yang belum dimanfaatkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Dari PayTren hingga Fatihah Berbayar, Ini 4 Kontroversi Ustaz Yusuf Mansur yang Gemparkan Publik
-
7 Sepatu Sneakers Kekinian yang Stylish dan Nyaman Buat Jalan Seharian, Mulai Rp400 Ribuan
-
5 Sunscreen Mengandung Niacinamide Terbaik di Indomaret untuk Mencerahkan Wajah
-
Doa Dibayar Donasi? Ustaz Yusuf Mansur Disorot Usai Live PayTren Picu Polemik Publik
-
5 Rekomendasi Novel Karya Laszlo Krasznahorkai: Peraih Nobel Sastra 2025
-
7 Rekomendasi Nasi Rames Murah Rp10 Ribu di Jogja: Menu, Lokasi, Jam Buka
-
4 Rekomendasi Sunscreen untuk Atasi Keriput Usia 50 Tahun, Harga di Bawah Rp50 Ribu
-
7 Fakta Tragedi Bulan Madu Maut di Solok, Benda Ini Diduga Jadi Penyebabnya
-
7 Parfum Wanita Tahan Lama dan Murah di Indomaret, Segar dan Elegan
-
Apa Pekerjaan Tarman? Disebut Kabur usai Geger Mahar Rp3 Miliar, Kini Ngaku Lagi Bulan Madu