Suara.com - Dalam 24 jam terakhir, Indonesia kembali dihadapkan pada kenyataan rapuhnya infrastruktur dan ketahanan masyarakat terhadap bencana hidrometeorologi.
Angin puting beliung, banjir, hingga tanah longsor terjadi secara beruntun di sejumlah daerah, mulai dari Ciamis hingga Tidore, mengakibatkan ribuan jiwa terdampak dan memaksa sebagian mengungsi.
Namun, di balik kekhawatiran itu, muncul peluang besar: memperkuat sistem ketangguhan nasional dalam menghadapi cuaca ekstrem yang kian intens akibat perubahan iklim.
Bencana yang Bisa Diprediksi dan Dimitigasi
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 42 kejadian bencana tercatat hanya dalam satu hari, dan 16 di antaranya berdampak signifikan terhadap masyarakat dan infrastruktur. Kejadian seperti banjir di Bojonegoro dengan tinggi muka air 150 cm dan tanah longsor di Purbalingga bukan hanya sekadar berita harian, tetapi sinyal penting untuk memperkuat mitigasi.
“Dominasi bencana hidrometeorologi menjadi indikator penting akan tingginya kerentanan wilayah terhadap faktor cuaca ekstrem dan perubahan iklim,” kata Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, dilansir ANTARA, Jumat (23/5/2025).
Peristiwa seperti ini bukanlah anomali. Secara statistik, banjir dan angin kencang telah menjadi bencana paling umum di Indonesia, menyumbang sekitar 40 persen dari total kejadian bencana setiap tahunnya. Penyebabnya pun berlapis: mulai dari curah hujan ekstrem, deforestasi, hingga urbanisasi yang tak terkendali.
Jenis-Jenis Bencana Hidrometeorologi di Indonesia
- Banjir dan Banjir Bandang
Banjir merupakan 40% dari total bencana yang terjadi di Indonesia. Penyebabnya meliputi curah hujan tinggi, luapan sungai, rob, dan jebolnya tanggul. Banjir bandang umumnya terjadi di daerah hulu dengan topografi curam dan dapat menyeret material berat seperti batu dan lumpur. - Kekeringan
Fenomena La Nina dan El Nino mempengaruhi distribusi curah hujan di Indonesia. Kekeringan meteorologis dapat berlanjut menjadi kekeringan hidrologi yang berdampak pada ketersediaan air untuk pertanian dan konsumsi. - Angin Puting Beliung
Angin kencang dengan kecepatan di atas 62 km/jam yang berputar dan bersifat destruktif. Umumnya terjadi pada musim pancaroba dengan durasi singkat namun dampak kerusakan besar. - Gelombang Tinggi dan Abrasi
Disebabkan oleh angin kencang di laut, tekanan udara rendah, atau badai tropis. Gelombang tinggi dapat mencapai 4-6 meter dan mengancam aktivitas pelayaran serta pemukiman pesisir.
Langkah Nyata untuk Mengurangi Risiko
Baca Juga: Studi: Kekeringan Panjang dan Cuaca Ekstrem Bisa Bikin Produksi Beras dan Jagung Menyusut
Alih-alih hanya memperbarui jumlah korban dan kerusakan setiap terjadi bencana, sejumlah daerah kini mulai mengambil langkah preventif. Sistem peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kini terintegrasi lewat aplikasi digital seperti Info BMKG dan SMS blast yang memberi notifikasi cuaca ekstrem secara real-time kepada masyarakat.
Di beberapa daerah, pembangunan infrastruktur tahan bencana sudah berjalan. Tanggul, sumur resapan, hingga rumah panggung mulai menjadi bagian dari adaptasi masyarakat terhadap banjir dan cuaca ekstrem. Di sisi lingkungan, program restorasi mangrove juga digencarkan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menargetkan rehabilitasi 600.000 hektare mangrove hingga 2024 sebagai upaya jangka panjang melindungi pesisir.
Tak hanya soal teknologi dan infrastruktur, edukasi menjadi pilar penting. Pelatihan kebencanaan di sekolah, simulasi evakuasi di desa, dan pembentukan kelompok siaga bencana mulai dijalankan di berbagai wilayah. Kesiapsiagaan masyarakat terbukti efektif memperkecil korban jiwa ketika bencana datang tiba-tiba.
Penting pula membangun koordinasi yang kuat antarinstansi. Banyak kasus menunjukkan keterlambatan penanganan bukan karena kurangnya sumber daya, melainkan lemahnya koordinasi antar level pemerintahan. Pembentukan satuan tugas gabungan seperti yang kini dilakukan untuk penanganan banjir dan longsor di Trenggalek, Jawa Timur—yang menewaskan satu orang dan menyebabkan enam lainnya hilang—bisa menjadi model untuk daerah lain.
Meski tantangan masih besar, mulai dari keterbatasan anggaran hingga rendahnya kesadaran publik, Indonesia memiliki semua potensi untuk membangun sistem ketangguhan bencana berbasis ilmu pengetahuan, data, dan kearifan lokal. Dengan langkah yang tepat, Indonesia bisa bertransformasi dari negara yang rentan menjadi negara yang tangguh terhadap bencana.
Perubahan iklim memang nyata, tetapi dampaknya bisa dikendalikan. Bencana hidrometeorologi bukan akhir, melainkan panggilan untuk membangun awal baru—yang lebih aman, lebih siaga, dan lebih berkelanjutan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
-
6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
7 Fakta Bakengrind, Roti 'Bebas Gluten' yang Diduga Penipuan dan Membahayakan
-
3 Titik Lemah yang Bikin Timnas Indonesia Takluk dari Arab Saudi
Terkini
-
Strategi Baru Tito Karnavian: 3 Wamendagri Diberi 'Kavling' Wilayah, dari Sumatera hingga Papua
-
KPK Kasak-Kusuk Soal Jumlah dan Harga Kuota Haji Khusus yang Diperjualbelikan
-
BMKG Rilis Peringatan Cuaca Ekstrem di Puluhan Provinsi
-
Viral Kasus Cacingan, KemenPPPA Ingatkan Sistem Perlindungan Anak Tanggung Jawab Seluruh Kementerian
-
Modus Dipijat, Kasus Kakek Cabuli Pria Sebaya di Tasik Bikin Gempar: Digerebek Lagi Kondisi Begini!
-
Ammar Zoni Kendalikan Peredaran Narkoba dari Penjara? Mimpi Bebas Pupus, Terancam Hukuman Berat
-
Dipimpin Duo Ade! Relawan Jokowi 'Geruduk' Bareskrim Minta Polda Tuntaskan Kasus Fitnah Ijazah Palsu
-
Halal Indonesia: Bukan Sekadar Label, Tapi Jaminan Kepercayaan dan Kunci Pasar Muslim Dunia!
-
Tiap Akhir Pekan, Kebun Binatang Ragunan Bakal Beroperasi Hingga Malam
-
Presiden Empat Kali Reshuffle dalam Setahun, Pengamat: Kabinet Prabowo Kian Gemuk dan Tidak Efisien