Thus, Sidi menyerukan pentingnya sinergi antarpihak, mulai dari akademisi, organisasi masyarakat sipil (CSO), organisasi non-pemerintah (NGO), hingga pemerintah. Tujuannya menjamin pendapatan petani, meningkatkan daya saing produk lokal, dan memperkuat ketahanan agroekosistem.
Petani kakao di Gorontalo, misalnya. Sidi memberikan contoh bahwa mereka telah berinovasi dengan mengembangkan pestisida campuran sendiri. Tapi, Sidi menekankan bahwa tanpa pendampingan yang memadai, inovasi semacam itu berisiko.
"Kami butuh jembatan antara praktik lapangan dan keilmuan," tegasnya, menyoroti pentingnya dukungan berbasis keilmuan untuk praktik-praktik pertanian lokal.
Nah, menurut Samuel, seorang profesor dari Unhas, sistem agroforestri sebagai jawaban masa depan. Namun, ia menekankan pentingnya adaptasi budaya dan lokalitas.
“Tak semua tanaman cocok di semua tempat. Ada yang rakus air, ada yang menghambat tanaman lain. Harus ada riset,” jelasnya.
Lain halnya dengan Abdul Haris dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tumarila. Dia mengangkat isu energi dalam produksi gula aren. “Potensial, tapi boros kayu,” katanya, sambil mendorong solusi seperti tungku hemat energi.
Sementara dari Balang Institute, Hasri menambahkan koperasi kini mulai mengembangkan energi alternatif yang lebih efisien.
Bambang pun menegaskan pentingnya inovasi berbasis kebutuhan lokal. “Kalau tungku efektif, dorong jadi program. Kalau ada tanaman produktif dan irit air, kembangkan. Kolaborasi adalah kuncinya,” ujarnya.
Sebagai penutup diskusi, Andang Suryana Soma dari Fakultas Kehutanan Unhas angkat bicara. Dia memaparkan proyeksi perubahan iklim di DAS Balantieng. Dengan suhu diperkirakan naik hingga 27 derajat Celsius dan curah hujan bergeser, vegetasi dan produktivitas lahan ikut terdampak.
Baca Juga: Mangrove Tak Goyah: Tangguh Menahan Badai, Tahan Jejak Karbon
Di hulu, berkurangnya tutupan lahan mengurangi daya serap air; di hilir, abrasi meningkat akibat rusaknya mangrove.
“Tanaman seperti kakao dan kopi bisa menjaga iklim mikro. Tapi keberhasilannya butuh intervensi tepat dan berkelanjutan,” jelas dia.
Berita Terkait
-
Mangrove Tak Goyah: Tangguh Menahan Badai, Tahan Jejak Karbon
-
Bersama Pulihkan Pesisir: Marriott Luncurkan Inisiatif 10.000 Mangrove Untuk Indonesia
-
Industri Baja Hijau, Krakatau Posco Integrasikan ESG dalam Strategi Bisnis lewat Konservasi Mangrove
-
Inovasi Mangrove Ibu-ibu Pidodo Kulon, Produk Olahan Datangkan Cuan
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
7 Sunscreen yang Aman untuk Anak TK hingga SD Mulai Rp25 Ribu, Biar Nggak Kena Sunburn pas ke Pantai
-
Beda Karier Gusti Purbaya vs KGPH Mangkubumi, Berebut Jadi Raja Solo PB XIV
-
5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
-
Solusi Beras Berkelanjutan dari Panggung ISRF 2025: Inovasi, Investasi hingga Insentif
-
5 Promo Sneakers di Foot Locker, Sepatu Nike Cuma Rp400 Ribuan
-
5 Cara Agar Skincare Terserap Maksimal dan Kulit Tetap Lembap
-
ISRF 2025 Dorong Transisi Padi Rendah Emisi Lewat Kemitraan Global
-
Wajib Tahu! Cara Sederhana Ciptakan Ruangan Mindful dengan Aroma Baru yang Bikin Nagih
-
7 Parfum Unisex Lokal Aroma Sabun yang Bisa Dipakai Bersama Pasangan
-
Teras Main Indonesia, Ruang Belajar Nilai Pancasila Lewat Permainan Tradisional