Suara.com - Di tengah meningkatnya kesadaran tentang isu keberlanjutan, ada berbagai inovasi ramah lingkungan yang hadir di berbagai sektor. Salah satunya adalah inovasi material kulit untuk tas yang tidak lagi menggunakan kulit hewan sebagai bahan utamanya.
Hydefy, sebuah start-up asal Chicago, turut berkontribusi dalam hal ini. Mereka berhasil mengolah jamur menjadi kulit vegan.
Dengan material yang mereka kembangkan, Hydefy menjalin kolaborasi dengan perancang busana mewah yang dikenal dengan konsep berkelanjutan, Stella McCartney. Hasil kolaborasi ini berupa tas mewah bernama Stella Ryder.
Tas ini tidak dibuat dari kulit hewan, melainkan Fy, yaitu miselium yang telah dikembangkan dan dipatenkan oleh Fynder Group, perusahaan induk dari Hydefy.
Miselium adalah jaringan halus dari jamur yang disebut hifa. Bagian dari jamur ini banyak dimanfaatkan menjadi produk yang ramah lingkungan.
Fy sendiri berasal dari jamur yang ditemukan pada penelitian yang didukung oleh NASA di Taman Nasional Yellowstone. Jamur tersebut bernama Fusarium strain flavolapis.
Untuk mengolahnya menjadi kulit vegan, jamur tersebut perlu melewati proses fermentasi yang telah dikembangkan secara khusus. Jamur akan diolah bersama limbah tebu untuk menghasilkan material yang kuat dan fleksibel.
Keunggulan dari Hydefy tidak terbatas pada fungsinya sebagai kulit untuk tas. Material ini serbaguna dan dapat digunakan di berbagai sektor, mulai dari fesyen, otomotif, hingga interior.
Co-Founder dan CEO dari Fynder Group, Thomas Jonas, mengatakan bahwa inovasi ini bukan sekadar alternatif. Hydefy dapat menjadi masa depan tekstil yang berkualitas tinggi.
Baca Juga: Notpla: Kemasan Ramah Lingkungan dari Rumput Laut yang Siap Gantikan Plastik di Sekitar
“Kami membuktikan bahwa bahan yang inovatif dapat memenuhi standar tertinggi dalam hal daya tahan, kualitas, dan estetika — memberikan kesempatan bagi para desainer untuk berkreasi dengan dampak lingkungan yang lebih rendah. Hal ini merupakan perubahan besar bagi industri yang telah lama mengandalkan bahan yang menguras banyak sumber daya,” ujar Jonas, dikutip dari Globe Newswire.
Selain itu, kulit vegan berbasis jamur ini juga menawarkan berbagai dampak positif lainnya. Mengutip dari The Momentum, berikut adalah beberapa keunggulan kulit vegan dari jamur terhadap lingkungan.
1. Tidak menghabiskan banyak sumber daya alam
Menurut Green Welfare Indonesia, peternakan hewan telah menggunakan sepertiga dari lahan bebas es di bumi. Bahkan, sektor ini juga menjadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar selain transportasi.
Berbeda dengan hewan ternak yang memerlukan lahan luas serta konsumsi air dan pakan dalam jumlah besar, jamur dapat tumbuh dengan efisien menggunakan sumber daya yang jauh lebih sedikit, sehingga lebih ramah lingkungan.
2. Tidak menimbulkan polusi yang berbahaya
Kulit vegan dari jamur seperti Hydefy bersifat alami dan ramah lingkungan. Selain itu, material ini dapat diuraikan dengan mudah karena tidak menggunakan bahan kimia yang beracun.
Sementara itu, dalam produksi kulit hewan diperlukan proses yang menggunakan bahan kimia seperti kromium. Zat ini dapat mencemari tanah dan air hingga membahayakan kesehatan manusia.
3. Mendukung konsep ekonomi sirkular
Proses produksi kulit vegan dari jamur selaras dengan prinsip ekonomi sirkular karena dapat menciptakan siklus produk yang berkelanjutan.
Material ini dapat didaur ulang menjadi kompos organik, sehingga memperpanjang umur penggunaan serta mengurangi limbah.
4. Menghasilkan jejak karbon yang rendah
Miselium, sebagai bahan dasar kulit jamur, tidak membutuhkan banyak energi untuk tumbuh. Dalam proses produksi yang terkontrol, emisi karbon yang dihasilkan dari miselium tetap rendah dan jauh lebih kecil dibandingkan dengan emisi gas rumah kaca dari industri peternakan.
5. Diproduksi secara etis
Bagi sebagian orang, penggunaan kulit hewan dianggap tidak etis karena melibatkan proses penyembelihan hewan.
Kulit vegan dari jamur memberikan solusi yang tidak melibatkan penderitaan dari hewan, sehingga menjadi pilihan yang lebih etis sekaligus berkualitas tinggi.
Penulis: Kayla Riasya Salsabilla
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nagita Slavina Rilis Produk Extrait de Parfum, Apa Bedanya dengan Eau de Parfum?
-
Geger Keracunan MBG, Makanan Sebaiknya Disajikan Berapa Jam Setelah Dimasak?
-
Cari Sunscreen Lokal yang Bagus dan Murah? Ini 5 Pilihan Terbaik Mulai Rp18 Ribuan
-
Bagaimana Cara Membedakan Sepatu On Cloud Asli dan Palsu? Begini 7 Panduannya
-
Dokter Tan Shot Yen Lulusan Mana? Viral Kritik Menu MBG saat Rapat dengan DPR
-
Awal Puasa Ramadan 2026, Muhammadiyah dan Pemerintah Sama atau Beda?
-
Viral 'Rp10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat', Berapa Uang Belanja Ideal Menurut Islam?
-
Kapan Pelantikan PPPK Paruh Waktu 2025? Ketahui Jadwal Resminya
-
Makan Pakai Sendok vs Tangan, Mana Lebih Sehat? Disinggung Prabowo di Tengah Kasus MBG
-
Bisnis Digital Jadi Jurusan Kuliah Favorit Gen Z, Apa Saja yang Dipelajari?