“Memang, saat ini belum ada (andil pemerintah), tapi kemarin itu sempat ada rencana mau dibuat bank sampah. Nanti ada tugas baru ketika dibuat bank sampah, ibu-ibu harus memilah sampah dapur antara organik dan anorganik. Jadi nanti itu bisa dibawa ke bank sampah,” ujar Daqmar.
Bahkan, ada pula anjuran dari Dinas Lingkungan Hidup setempat terkait pembuatan bank sampah di Bajiminasa. Tapi ya itu masih sekadar imbauan, masih wacana. “kalau memang sudah siap, nanti dibantu juga,” terang Daqmar.
Junaedi mengamini, kegiatan SPB memang mengajak warga, khususnya ibu-ibu, belajar memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam kebutuhan pangan, seperti cabe, kangkung, dan lainnya. Namun, itu hanya salah satu kegiatan. Mereka juga memiliki kegiatan rutin yang terkait dengan pemeliharaan ekologi.
“Selain itu juga melakukan kegiatan rutin seperti membersihkan lingkungan atau sepanjang jalan desa. Kegiatan itu melibatkan ibu-ibu di desa tersebut. Itu menjadi strategi SPB untuk melibatkan kelompok perempuan di Desa Bajiminasa,” terang Junaedi.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Nah, dari kegiatan tersebut, para perempuan anggota SPB mulai memetik manfaat. Salah satunya dari peningkatan ekonomi. Jika selama ini berbelanja sayur, sekarang mereka bisa menekan pengeluaran menggunakan sayuran yang ditanam di pekarangan rumah. Tidak hanya itu, ada pula yang meraup cuan dengan menjual sayuran ke tetangga.
“Dari pemanfaatan pekarangan itu, kami bisa mengurangi pengeluaran. Dengan menanam sayuran di pekarangan kayak terong, kangkung, bisa mengurangi uang belanja. Sebab, apa yang dikonsumsi sendiri bisa diambil di pekarangan rumah. Beberapa dari sayuran ini ada yang dijual ke tetangga, ada pula yang dikonsumsi sendiri,” kata dia.
Selain itu, aktivitas di Serikat Perempuan Bajiminasa juga membawa dampak sosial terhadap para anggotanya, khususnya Daqmar. Sejak beraktivitas bersama SPB, salah satu perubahan terbesar Daqmar yakni mulai keluar dari rutinitas rumah tangga. Dia pun membuka ruang interaksi baru serta berjejaring dengan orang-orang lain.
“Banyak perubahan sejak aktif di SPB. Saya kini lebih banyak mengenal orang. Maklum, dulu saya jarang keluar, jarang kenal dengan orang. Tapi selama bergabung di SPB, saya lebih sering keluar, lebih memiliki aktivitas selain ibu rumah tangga. Banyak pelajaran dan ilmu yang didapatkan. Teman-teman menjadi lebih banyak,” tutur Daqmar.
Nah, jika dulu para ibu di Bajiminasa bekerja jauh dari rumah, tepatnya di kebun cokelat maupun cengkeh, kekinian perilaku mereka berubah. Kini, mereka bisa menemukan peluang baru dari tanaman sayur yang dibudidayakan di pekarangan rumah.
Baca Juga: Elegi Kopi Organik di Hulu DAS Balantieng, Harmoni Lingkungan dan Ekonomi
“Ibu-ibu ini sebagian besar bekerja sebagai petani, tapi di kebun. Itu tanamannya banyak kayak coklat maupun cengkeh. Tapi semenjak ada pemanfaatan pekarangan, menjadi lebih dekat dan lebih gampang dijangkau,” terang Daqmar.
Serikat Perempuan Bajiminasa mungkin masih muda. Tapi benih yang mereka tanam sudah mulai tumbuh: dalam bentuk sayuran di pekarangan, kesadaran ekologis di dapur, dan semangat kolektif yang terus mengakar.
Berita Terkait
-
Elegi Kopi Organik di Hulu DAS Balantieng, Harmoni Lingkungan dan Ekonomi
-
Lawan Modernisasi, Cerita Remaja Bulukumba Pelestari Tradisi Penyadap Nira
-
Kunjungan Presiden RI ke Bulukumba: Pantai Pasir Putih Tanjung Bira Sarat Nilai Ekonomi
-
7 Destinasi Bulukumba Masuk Unggulan Kemenparekraf, Pemkab Siapkan 25 Andalan Lagi
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Terpopuler: Berapa SPP di Sekolahnya Gibran? Sehari 10 Ribu Masih Bisa Nabung
-
Rahasia Kreasi Kopi Kekinian: Coconut Milk, Bahan Lokal yang Mengguncang Industri Minuman!
-
Tren Fesyen Wanita Karier 2025: Ini 5 Item Wajib Ada di Lemari
-
Eye Cream atau Moisturizer Dulu? Ini Urutannya untuk Skincare Malam
-
Berapa Biaya Sekolah di Orchid Park Secondary School seperti Gibran? Segini Kisarannya
-
8 Fakta Pernikahan Selena Gomez dan Benny Blanco, Ini Potret Intimate Wedding Mereka
-
Alasan Kakek Nenek Prabowo Subianto Dimakamkan di Belanda
-
Kurikulum Internasional dan Regulasi Nasional: Formula Baru Pendidikan Masa Depan
-
5.200 Pelari Gaungkan Semangat UMKM Indonesia, Sport dan Empowerment Jadi Satu
-
Wacana akan Jadi Ibukota Politik, Mengapa IKN Dibangun di Kalimantan Timur?