Lifestyle / Male
Selasa, 09 September 2025 | 15:22 WIB
Ilustrasi peti jenazah (Shuttlecock)
Baca 10 detik
  • Muhammad Athaya Helmi Nasution meninggal akibat heatstroke saat mendampingi pejabat RI di Wina, Austria.
  • PPI Belanda menolak keras pelibatan mahasiswa dalam kegiatan pejabat tanpa perlindungan hukum yang jelas.
  • Jenazah Athaya telah dipulangkan ke Indonesia pada 4 September 2025, dengan bantuan KBRI Win.
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Kabar meninggalnya Muhammad Athaya Helmi Nasution saat mendampingi rombongan pejabat RI dalam kunjungan kerja ke Wina, Austria menuai sorotan publik.

Informasi wafatnya Athaya diumumkan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda melalui akun Instagram resmi-nya @ppibelanda pada Senin, 8 September 2025.

"PPI Belanda menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Muhammad Athaya Helmi Nasution, anggota PPI Groningen," demikian keterangan dalam unggahan tersebut, dikutip Selasa, 9 September 2025.

Dalam unggahan itu, PPI Belanda menegaskan agar peristiwa serupa tidak terulang.

Mereka juga menolak pelibatan mahasiswa dalam kegiatan pemfasilitasan kunjungan pejabat publik tanpa perlindungan hukum yang jelas.

"Kami menegaskan sikap menolak keras pelibatan mahasiswa dalam praktik pemfasilitasan kunjungan pejabat publik yang berisiko, tanpa perlindungan hukum dan mekanisme yang jelas," jelas mereka.

"Tragedi ini tidak boleh terulang. Kami menyerukan agar tragedi ini menjadi titik balik: hentikan praktik ini terhadap mahasiswa, tegakkan akuntabilitas, dan wujudkan perlindungan nyata bagi seluruh pelajar Indonesia di luar negeri," tegasnya.

Sosok Muhammad Athaya Helmi Nasution

Muhammad Athaya Helmi Nasution merupakan mahasiswa Universitas Hanze, Groningen, Belanda sekaligus anggota PPI Groningen.

Baca Juga: Mahasiswa RI Athaya Helmi Meninggal di Wina Usai Dampingi Pejabat DPR hingga BI, PPI Tuntut Keadilan

Ia meninggal dunia pada Rabu, 27 Agustus 2025 di usia 18 tahun, setelah mendampingi rombongan pejabat RI dalam kunjungan kerja ke Wina, Austria.

Athaya turut serta dalam kunjungan tertutup yang melibatkan pejabat publik dari DPR, OJK, dan Bank Indonesia pada 25–27 Agustus di Wina, Austria.

Berdasarkan hasil otopsi forensik, penyebab kematian Athaya diduga kuat akibat heatstroke atau sengatan panas.

Seharian ia bertugas sebagai pemandu, dari pagi hingga malam. Ia diduga mengalami dehidrasi, kekurangan nutrisi, serta kelelahan.

Kondisi tersebut memicu ketidakseimbangan elektrolit dan turunnya kadar gula darah di bawah normal yang akhirnya menyebabkan stroke.

Dalam keterangan tertulis, PPI Belanda menyebut tidak ada permintaan maaf dan bentuk pertanggungjawaban dari pihak EO maupun koordinator LO setelah Athaya wafat.

Hal serupa terjadi ketika keluarga Athaya datang ke Wina untuk mengurus jenazah.

"Alih-alih mengunjungi tempat penginapan saat Almarhum mengembuskan nafas terakhir, acara kunjungan kerja terus bergulir di mana pihak EO justru terus sibuk mengurus persiapan acara makan-makan bersama pejabat publik di restoran," keterangan tertulis PPI Belanda.

"Tidak ada upaya dari pihak EO, koordinator LO, maupun pejabat publik yang hadir untuk menemui keluarga. Pihak keluarga juga menyampaikan adanya indikasi penutupan keterangan kegiatan apa dan siapa yang dipandu Almarhum di Wina dari pihak EO," sambungnya.

Sementara itu, Direktur Pelindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, menyampaikan bahwa KBRI di Wina sudah berkoordinasi dengan otoritas setempat terkait peristiwa ini.

Ia menuturkan, KBRI Wina juga menjalin komunikasi dengan keluarga Athaya serta memberikan bantuan kekonsuleran berupa pengurusan dokumen.

Selain itu, juga koordinasi dengan otoritas setempat, hingga pemulasaran jenazah bersama komunitas Islam di Wina.

Jenazah Athaya akhirnya dipulangkan ke Indonesia pada 4 September 2025 sesuai permintaan keluarga.

Disebutkan pula, Athaya saat itu tengah bertugas mendampingi Delegasi RI dalam rangkaian pertemuan dengan otoritas Austria.

Penugasan tersebut melibatkan panitia dari kalangan mahasiswa, sementara seluruh rangkaian acara dikelola langsung oleh EO dari Indonesia.

Load More