Lifestyle / Komunitas
Kamis, 18 September 2025 | 13:44 WIB
Ilustrasi sosok job hugger (Pexels/Nataliya Vaitkevich).

Suara.com - Muncul tren dalam dunia kerja yang disebut dengan job hugging. Fenomena tren tersebut dialami baik oleh generasi Milenial maupun Generasi Z (Gen Z).

Adapun keberadaan fenomena job hugging sempat dipandang sebagai bukti bahwa Gen Z tak selemah asumsi publik yang memberikan stereotip bahwa Gen Z kerap gonta-ganti pekerjaan.

Asumsi tersebut memang bukan tanpa alasan, karena beberapa survei yang beredar bahwa sebanyak 31,82 persen Gen Z cenderung berganti pekerjaan. 

Persentase tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan generasi lainnya.

Namun, terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam perilaku tersebut.

Terjadi penurunan sebanyak 11 persen tingkat resign atau mengundurkan diri dari pekerjaan, sebagaimana survei GoodStats.

Sekilas memang fenomena job hugging seakan-akan menunjukkan cerahnya masa depan dunia kerja karena seolah-olah menunjukkan generasi Milenial dan Gen Z makin betah di pekerjaan.

Nahas, job hugging justru menunjukkan ada problem dalam dunia kerja. Lantas, apa job hugging sebenarnya?

Fenomena job hugging: Pekerja enggan resign bukan karena betah

Baca Juga: Di Tengah Ekonomi Sulit, Begini Solusi UMKM dan Pekerja Tradisional dapat Bertahan dan Tumbuh

Job hugging secara harfiah diartikan sebagai 'memeluk pekerjaan.'

Istilah ini merujuk kepada fenomena yang menunjukkan perilaku seorang pekerja yang enggan melepaskan pekerjaan mereka.

Memang seolah-olah perilaku job hugging nampak seperti tindakan yang didasari oleh kesetiaan seorang pekerja.

Mereka yang melakukan job hugging atau yang disebut dengan job hugger umumnya mempertahankan pekerjaan demi keamanan dan stabilitas finansial.

Artinya, mereka enggan pindah pekerjaan karena khawatir akan kehilangan sumber penghasilan mereka.

Ada beberapa alasan mengapa rasa kekhawatiran tersebut muncul, salah satunya karena sulitnya mencari pekerjaan baru.

Load More